Wednesday, April 19, 2006

Selasa Bersama Ang Tek Khun


Selasa bersama Ang Tek Khun

Tidak sedang meniru "Selasa bersama Morie" (wah, nulisnya barangkali juga keliru), tetapi sahabat lama ini tiba-tiba hadir pada Selasa 18 April 2006 dalam bentuk karya: tiga buah buku! Itu saya ketahui setelah membuka bungkusnya, yang telah terletak di meja kerja, mungkin sebelum jam istirahat.

Kebetulan, setelah tugas dari luar, tiba di kantor persis suara adzan berkumandang dari masjid sebelah. Alangkah nikmatnya jika memasuki ruang kerja setelah curhat kepada Sang Pemberi Hidup. Maka saya segera meninggalkan ruang parkir, dan bergegas ambil air wudlu untuk mengejar sholat berjamaah. Karena dari masjid mau ke gedung kantor melewati food court, saya pikir akan lebih nyaman makan siang dulu. Itulah yang saya lakukan dengan memesan sate ayam beserta lontong. Setelah itu, seharusnya bereslah urusan jeda istirahat, karena jam 13.00 akan meeting dengan James Gwee. Namun begitu bangkit dari kursi, ada seorang relasi yang sedang mengedarkan matanya mencari tempat kosong, lalu tak sengaja bersirobok dengan saya. Terjadilah dialog sesaat, dan akhirnya saya menemani mereka (berdua) ke Flora Café di gedung sebelah kantor. Karena saya sudah makan, saya hanya memesan hot cappuccino agar tidak nganggur sepanjang ngobrol. Mereka berdua akan menyusul rekan saya yang sudah berangkat ke Cirebon, untuk site-meeting pembangunan showroom mobil baru.

Baiklah, paragraf di atas hanya pengantar. Karena yang hendak saya ceritakan adalah 'pertemuan' saya dengan buku-buku kiriman Ang Tek Khun. Saya buka dengan tergesa karena penasaran. Setelah terkuak, ahai, betapa cantik-cantiknya ketiga buku yang berformat midi (agak mini, maksudnya) itu. Yang pertama antologi puisi tunggal berjudul "Sayap-sayap Cinta", dua yang lain untaian kata-kata indah dengan tema: Cinta dan Sahabat. Saya harus bersabar untuk memasuki halaman-halaman full colour itu, karena James Gwee sudah hadir di ruang tamu.

Rupanya setelah meeting dengan James Gwee, masih ada satu group discussion lagi yang akan bicara tentang Swift, bersama beberapa sales coordinator. Jadi tertunda lagi untuk meraba isi buku Ang Tek Khun. Maka sebelum tuntas menikmati, ada baiknya berkomunikasi, untuk melunaskan kangen setelah lama tidak saling bertegur-sapa.

Ang Tek Khun (ATK) adalah kawan semasa (lagi-lagi harus mengenang:) kejayaan Anita Cemerlang. Ia tinggal di Surabaya, dan sejak awal sudah sangat terpikat dengan puisi. Tentu sejumlah puisinya menjadi hiasan majalah remaja di awal tahun 80-an. Setelah Anita Cemerlang ditangani oleh generasi ketiga, setelah Adek Alwi dan Cahya Sadar, dia menghilang dari percaturan sastra remaja. Tahu-tahu, saya dengar dari Lan Fang, ATK pindah ke Yogya dan berbisnis di sana.

Sewaktu saya berkumpul dengan teman-teman penulis di café Suzuki Surabaya, tentu tidak ketemu dia. Jadi sesudah itu saya menghubunginya dari Jakarta. Pada pembicaraan saat itu, dia ingin menangani launching buku saya jika diselenggarakan di Yogya. Saya sedikit berjanji agar cita-cita itu tercapai. Setidaknya, dalam lemari arsip kepala saya, ada 'tempat' bergerombol lagi selain biasanya dengan Raudal Tanjung Banua dan Satmoko Budi Santoso.

Nah, jadi Selasa kemarin saya langsung mengomentari tiga buah bukunya yang sangat cocok untuk kado bagi seorang kekasih (atau selingkuhan). ATK terbahak di seberang sana, dan menjelaskan bahwa buku-buku itu diciptakan untuk memenuhi permintaan pasar. Wah! Benar, dia sudah berenang di dunia bisnis. Sebagai seorang pengarang, dengan kepekaan terhadap kebutuhan pasar (pembaca / pembeli), merupakan kombinasi yang cocok untuk masa sekarang. Lepas dari idealisme berkarya, janganlah kemudian seorang sastrawan harus berkelindan dengan lorong masa suram. Dimulai dari cara berkarya yang harus menunggu ilham (sementara Ilham ikut transmigrasi dan tak pernah kembali), kemudian menerbitkan buku yang kurang sesuai dengan keinginan publik, bagaimana royalti akan mengalir seperti sungai menghilir?. Jadi, harus ada kepintaran memadukan karya berkualitas dengan segmentasi yang tepat. Waduh, ini mestinya minta James Gwee bicara dalam seminar dengan tema: "Marketing Sastra".

Lalu ATK menanyakan, apakah saya sudah membaca emailnya. Tentu. Justru saya butuh penjelasan, apa yang dimaksud dengan Flash Fiction. Rupanya Gramedia Pustaka Utama sedang mengadakan lomba FF dengan hadiah buku-buku. Selanjutnya kami semakin larut dalam komunikasi yang ujung-ujungnya mengajukan sebuah tantangan. (Ah, jadi teringat tantangan Ryana Mustamin 10 tahun yang lalu).

Ketika saya sampaikan bahwa saya telah memiliki blogger, ATK justru mengatakan bahwa dia telah menerbitkan dua blogger dalam bentuk buku. (Agaknya itu yang pernah diperbincangkan Endah Perca beberapa hari lalu). Satu di antaranya milik Dewi yang sesungguhnya disiapkan untuk kado ulang tahun sang penulisnya. Aduh, romantisnya lelaki bernama Ang Tek Khun ini. Mudah-mudahan saya dan dia cocok bergaul lebih lanjut, sama-sama menyukai keromantisan, hahaha.

Mari kita intip satu persatu buku Khun:
The Touch of Friends, sampul bergambar lima tangkai bunga matahari dalam keranjang rotan, di sisi secangkir susu, dengan teks: Seikat ekspresi inspiratif untuk menyapa hati orang-orang terkasih
Terdiri dari 48 halaman berwarna, berisi ungkapan manis tentang peran dan perasaan sahabat yang diletakkan di antara ilustrasi foto dengan komposisi yang indah. Saya kutif salah satu ungkapan di dalamnya:
Sahabat adalah seseorang yang meneleponmu dari benua lain untuk menanyakan kabarmu karena di tengah malam buta itu ia tiba-tiba memikirkanmu...
(jika yang ditelepon merasa terganggu? Hahaha, pakai ungkapan yang lain):
Sahabat adalah seseorang yang selalu menyirami hatimu dengan air sejuk pegunungan melalui senyum lembut yang tak hilang meski ia berada dalam badai...

The Touch of Love, sampul bergambar dua keping hati yang terbuat kain berwarna pink dan peach, dengan teks: Seikat ungkapan inspiratif untuk menghangatkan hati orang-orang terkasih.
Dengan tebal dan format yang sama (10,5 x 14,5 cm), full colour, buku ini menyediakan berpuluh ungkapan cinta sepasang manusia yang berkasih mesra. Saya kutip satu ungkapan:
Cinta seorang kawan berkata, "Jika kamu membutuhkan sesuatu, aku siap untukmu." Cinta sejati berkata, "Kamu tak akan pernah membutuhkan apa pun lagi karena aku selalu ada untukmu."

The Wings of Love. Buku ini selain berbeda format juga lebih tebal, dengan 50 puisi karya Ang Tek Khun yang bicara sekitar cinta dn kekuatan kasih sayang.

Begitulah ketiga buku itu benar-benar cocok untuk kado ulang tahun atau pernikahan seorang sahabat. (bukan sahabat yang telah membuatmu patah hati karena merebut pacarmu untuk dinikahi, uhuk!)

Akhirnya saya berjanji, untuk kembali ngobrol hari Kamis. Mudah-mudahan bakal lebih seru, karena masing-masing menugasi diri sendiri dengan bahan obrolan...

Salam,
Kef

2 Comments:

Blogger Ang Tek Khun said...

Hooooiiii, si Akang ini lagi gosipin sapa seh?

11:35 AM  
Anonymous Anonymous said...

aduhh... malu nih, namaku disebut sama mas Kef. *wink*

12:43 PM  

Post a Comment

<< Home