Tuesday, March 13, 2007

Pena yang telah jauh melampaui Lingkaran

Untuk ulang tahun FLP ke-10:

SEPULUH tahun Forum Lingkar Pena (FLP) diperingati dan dirayakan di Perpustakaan Diknas yang dikenal dengan nama Library@Senayan. Tidak hanya berlangsung satu dua jam, melainkan sejak pukul 10 pagi hingga pukul 10 malam, dua belas jam. Membuat hari Sabtu 24 Februari 2007 itu terasa hangat di ruang baca perpusatakaan. Luar biasa!

Apa yang tak luar biasa dari FLP? Dua di antara penggagasnya, Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia, adalah kakak-beradik yang memiliki etos kerja dengan integritas tinggi. Keduanya berprofesi pengarang dengan sejumlah besar buku yang sudah terbit dan dibaca banyak orang. Tak perlu diperbincangkan di sini jika mereka hanya melulu memberdayakan karya-karya sendiri. Justru kenyataannya, FLP telah melahirkan banyak pengarang, mulai dari anak-anak, remaja, hingga para ibu rumah tangga yang seolah-olah berkembang menjadi kreatif begitu bersentuhan dengan dunia menulis. Nama tempat ngumpul mereka dinamakan Rumah Cahaya, sesuai dengan hasilnya yang mencerahkan.

Acara ulang tahun yang dirancang serius ini melibatkan banyak sastrawan, baik keluarga internal Forum Lingkar Pena maupun sejumlah pembicara eksternal. Mereka antara lain Melanie Budianta, Maman S. Mahayana, Ahmadun Yosi Herfanda, Kurnia Effendi, Helvy Tiana Rosa, Irfan Hidayatullah, Yudhis, Agus R. Sasrjono, Joni Ariadinata, dan Anya Rompas.

Untuk sebuah organisasi, mencapai usia 10 tahun merupakan perjuangan tersendiri. Dan FLP tidak hanya tersebar di sejumlah kota Indonesia, melainkan juga merambah ke mancanegara, seperti Mesir dan Hongkong. Hebatnya, di setiap Cabang FLP, ada karya yang diterbitkan dalam bentuk buku. Kenyataan itu menyimpulkan bahwa pertumbuhan pengarang melalui wadah itu cukup menggembirakan. Mereka bukan sekadar penggemar dan pembaca sastra, akan tetapi para pekerja sastra. Bahkan, sebagian di antaranya mulai terjun ke penulisan skenario. Salah satu contohnya adalah serial OB (Office Boy) yang ditayangkan di stasiun RCTI, naskah skripnya ditulis oleh Fachri Asiza dari FLP.

Acara yang cukup padat namun berjalan dalam suasana riang itu cukup mendapat sambutan. Dibuka dengan pembacaan puisi oleh Komunitas Puisi FLP yang dipimpin oleh Epri Tsaqib, perhelatan pun dimulai. Dua pembaca puisi wanita dari FLP Tangerang cukup memukau dengan penampilan duetnya. Ice breaking itu untuk mencairkan suasana sebelum sambutan dari Irfan Hidayatullah sebagai Presiden Forum Lingkar Pena periode 2007 yang menyampaikan bahwa dalam usianya yang ke 10, FLP sebagai komunitas sastra dengan nuansa religius populer dapat bersinergi dengan pelbagai pihak. FLP hendaknya dapat mewakili margin kanan.

Disambung dengan diskusi sastra yang mengangkat temaPuisi Populer dan Mempopulerkan Puisi“, dengan pembicara Anya Rompas dan Kurnia Effendi. Dalam perbincangan ini kedua pemakalah menyampaikan hal yang senada bahwa kata pop terkait dengan populis, digemari banyak orang, sedangkanlawandari mazhab itu adalah puisi klasik yang adiluhung. Namun demikian gerakan seni pop digagas sangat serius pada awalnya oleh sekelompok konseptor yang hendak mengusik kemapanan para seniman menara gading sebelumnya.

Seusai jeda makan siang, acara bergulir kembali. FLP memperkenalkan 5 orang penulisu, satu di antaranya novelis kecil. Kemudian dibahas juga 5 buah buku baru yang diluncurkan pada hari itu. Satu di antaranya karya pengarang best seller Habiburrachman (penulis “Ayat-ayat Cinta“) dengan judul buku “Ketika Cinta Bertasbih“. Sebagai pemandu acara, Pipiet Senja dan Fachri Asiza. Pada sesi peluncuran 5 buku lainnya, pembahasan dilakukan oleh Yudhis, Joni Ariadinata, dan Agus Sarjono. Selepas maghrib digelar pertunjukan teater mengangkat cerita “Jaring-jaring Merah“ karya Asma Nadia.

Sebagai puncak acara, diskusi sastra “Forum Lingkar Pena dalam Sastra Indonesia“ yang menampilkan Melanie Budianta, Maman S. Mahayana, dan Ahmadun Yosi Herfanda. Maman dalam kesempatan itu mencoba menegaskan, bahwa kehadiran Forum Lingkar Pena dalam sastra Indonesia leksana menjawab harapan sejumlah besar kaum remaja Indonesia akan kebutuhan belajar menulis. Pada kesempatan lain, penyair Taufiq Ismail pernah menyebut Forum Lingkar Pena sebagai “hadiah Tuhan untuk Indonesia“. Memang pena para penulis FLP telah melampaui lingkaran internalnya, merambah ke bidang-bidang kreatif yang lebih luas. Sekali lagi: selamat ulang tahun!

(Kurnia Effendi)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0 Comments:

Post a Comment

<< Home