Pulang Bersama HAPPY SALMA
TAMBAH satu lagi: seorang selebritis menulis buku. Siapakah dia? Happy Salma!
Dimulai sejak Katon Bagaskara, Dewi ‘Dee’ Lestari, Ratih Sanggarwati, Rieke Diah Pitaloka, Trie Utami, Melly Goeslaw, Ingrid Widjanarko, Tamara Geraldine, dan mungkin ada lagi yang luput dari ingatan saya. Apa sesungguhnya yang mereka cari dari ‘lahan’ sastra ini? Popularitas atau bermaksud menunjukkan kemampuan di bidang lain? Atau – ini yang mendebarkan – ingin ‘merebut’ rejeki para sastrawan yang konon ‘berdarah-darah’ ketika melahirkan sebuah novel atau buku kumpulan puisi?
Pada senja Sabtu yang cerah, 4 Nopember 2006 yang lalu, di Galeri Nasional Jalan Medan Merdeka Jakarta, Happy Salma meluncurkan sebuah buku kumpulan cerpen berjudul “Pulang”. Ini bukan acara peluncuran diam-diam, karena yang hadir lebih dari dua ratus orang, tentu termasuk para jurnalis pemburu infotainment dari pelbagai stasiun televisi. Di antara para tamu yang hadir, tampak WS Rendra, Romo Mudji Sutrisno, Ibu Pramoedya Ananta Toer, Moamar Emka, Richard Oh, Djenar Maesa Ayu, Evawani Chairil Anwar, dan para pegiat sastra lainnya. Namun yang paling mengharukan adalah undangan Happy Salma terhadap Ibu Aminah, guru Bahasa Indonesianya semasa SMA di Sukabumi. Inilah sebuah penghormatan bagi seorang guru, sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Tentu Ibu Aminah merasa bangga memiliki murid yang kini memberikan kenang-kenangan kepada riwayat hidupnya dengan sebuah buku.
Acara yang dipandu oleh Tika Panggabean tidaklah terlalu njlimet dan berkepanjangan. Semua mengalir mulus. Dan dalam aliran itu, Tika Bisono dan Sita dari RSD mengumandangkan lagu kesukaan Happy Salma: Melati Suci karya Goeroeh Soekanoputra. Lagi-lagi persembahan bagi pahlawan, karena lagu itu ditulis untuk penghormatan kepada ibunda Fatmawati, yang dikenal sebagai penjahit bendera pusaka Merah-Putih sebelum dikibarkan pada proklamasi kemerdekaan Republik
Acara tidak akan lengkap tanpa pembacaan karya. Maka tampillah dengan sangat menawan, Niniek L Karim. Sebuah kemampuan penghayatan yang tak diragukan lagi. Cerpen “Pulang” dibaca dalam keheningan yang memukau, diakhiri dengan gemuruh aplaus para hadirin. Sementara di belakang panggung cappuccino sponsor boleh diminum bebas oleh para tamu.
Siapa yang berjasa menerbitkan buku Happy Salma? Memang sebuah penerbit baru. Penerbit “Koekoesan” namanya. Pemiliknya adalah suami isteri: Donny Gahral Adian dan Rieke Diah Pitaloka. Secara simbolik Rieke menyerahkan buku “Pulang” kepada Happy Salma disertai sebuah lukisan besar berpigura cantik. Kesempatan itulah yang kemudian menarik berpuluh kamera wartawan melingkar di depan panggung. Termasuk mendaulat Happy Salma untuk berpose, sembari membubuhkan tanda tangan pada buku-buku yang disodorkan.
Buku “Pulang” yang sampulnya dirancang oleh pelukis Gilang Cempaka, berisi 8 buah cerpen. “Pulang” adalah salah satu cerpen di dalamnya, yang mengandung siratan kerinduan manusia untuk kembali kepada ingatan masa lalu, pada wilayah yang pernah menjadi bagian hidupnya. Proses penulisan, menurut sumber-sumber yang paling dekat, memang cukup berliku. Happy Salma menulis gagasan cerpen itu dengan tulisan tangan. Secara materi, ide-ide itu bagus dan dianggap orisinal. Sebagai pengagum Pramoedya Ananta Toer, tentu Happy ingin juga melahirkan sebuah karya berupa buku. Maka selain penerbit, sejumlah editor membantu proses itu. Antara lain Damhuri Muhamad (cerpenis, novelis) dan Risdi dari Banana Publishing. Selanjutnya peredaran buku itu memang dipercayakan kepada Banana Publishing (di bawah manajemen Yusi Avianto Pareanom).
Dalam pengantar buku itu, disampaikan secara sadar bahwa: Happy Salma adalah seorang selebritis yang dikepung cahaya. Namun ia menulis dalam kesunyian. Baginya yang penting bukan naiknya grafik penjualan, melainkan grafik aktualisasi dirinya… Pada halaman lain juga disampaikan bahwa: Kepenulisan Happy adalah perjalanannya pulang menuju kesahajaan. Kesahajaan yang kini semakin tersamar oleh gempita dunia yang baru ditapakinya.
Kalimat-kalimat di atas menunjukkan bahwa dunia gemerlap yang dijalani Happy tidaklah kekal, bahkan akan berlangsung singkat saja. Oleh karena itu, harapannya, karya yang bermutu akan sanggup melampauinya. Semoga memang demikian adanya. Happy yang begitu terbuka dalam menerima setiap masukan sepanjang proses penciptaan karyanya itu, kiranya akan belajar lebih cepat dibanding yang merasa sok pintar.
Selamat untuk Happy Salma, dengan “Pulang” yang menjadi fitrah bagi setiap manusia di dunia.
(Kurnia Effendi, untuk kolom JEDA tabloid PARLE)
2 Comments:
mana gambar2 tangkapan peristiwanya? ndak seru tho ya kalo ndak nampak...
btw, ni buat parle terbitan kapan? sabtu besok?
wholesale snapback hats
jordan shoes
nike trainers
lebron 15
nike sb
pandora charms
michael kors
herve leger dresses
converse shoes
polo ralph lauren
20183.26chenzhisheng
Post a Comment
<< Home