Monday, March 26, 2007

Selamat Ulang Tahun, Asma Nadia

“Selamat ulang tahun, Asma Nadia. Semoga karya-karyamu semakin dan selalu menyemarakkan khazanah sastra di Nusantara maupun mancanegara.“

Demikianlah ucapan yang paling pantas kita sampaikan kepada Asmarani Rosalba, nama asli Asma Nadia, yang berulang tahun pada tanggal 26 Maret ini. Mengaku sejak kecil sudah hobi menulis, sejak enam tahun yang lalu hingga sekarang, Asma telah memiliki 30 buku (kumpulan cerpen, novel, drama, dan esai tentang kisah hidup). Sejumlah bukunya mendapat penghargaan bergengsi, antara lain Derai Sunyi (novel) meraih penghargaan MASTERA (Majelis Sastra Asia Tenggara) sebagai peserta terbaik dari Indonesia selama 10 tahun MASTERA; Cinta Tak Pernah Menari (kumpulan cerpen) mendapat penghargaan Pena Award; PREH (A Waiting), naskah drama yang diterbitkan dalam dua bahasa oleh Dewan Kesenian Jakarta, terpilih sebagai naskah drama terbaik dalam Lokakarya Perempuan Penulis Naskah Drama, 2005.

Asma Nadia tak hanya berkarya untuk diri sendiri. Sejak sepuluh tahun yang lampau, bersama dengan kakaknya, Helvy Tiana Rosa, ia menggagas komunitas Forum Lingkar Pena yang kini telah melahirkan banyak pengarang di Indonesia maupun mancanegara. Bahkan ia dipercaya oleh Mizan Group untuk menjadi CEO Lingkar Pena Publishing House, yang menerbitkan karya-karya Islami para penulis muda. Asma memang pengarang “bertangan dingin“. Oleh sebab itu, pantas kiranya ia tiga kali mendapat penghargaan Adikarya IKAPI (tahun 2001, 2002, dan 2005). Kepiawaiannya menulis tidak hanya untuk segmentasi remaja, melainkan juga untuk kalangan dewasa, para calon pengantin dan orang tua.

Tahun 2006, sejak bulan Maret sampai dengan September, Asma Nadia bersama Cecep Samsul Hari (dari majalah sastra Horison) mewakili penulis muda Indonesia, memperoleh kesempatan tinggal di Korea Selatan. Tugas selama di Seoul adalah mengapresiasi karya-karya sastra lokal Korea, belajar bahasa Korea selama 400 jam, dan mepresentasikan karya-karya sastrawan Indonesia. Di sana pula Asma sempat mengikuti Festival Sastra Korea yang juga melibatkan penulis-penulis besar dunia.

 Apakah Asma kerasan tinggal di sana? “Tentu, karena merasa aman pergi ke mana-mana. Penulis top mereka yang punya karya besar sangat rendah hati. Hebatnya lagi, pemerintahnya justru mengundang orang luar untuk belajar Bahasa Korea, bukan sebaliknya berlatah-latah dengan Bahasa Inggris.“

            Sekali lagi: “Selamat ulang tahun, jangan lupa jaga kesehatan karena mobilitasmu yang tinggi itu.“ Setidaknya ia telah menjadi pelatih penulisan kreatif di Pekalongan, Lombok, Aceh, bahkan Hongkong! ***

(Kurnia Effendi)