Peluncuran Buku "Jogja 5,9 Skala Richter" di MP Book Point:
Jejak Duka 100 Hari
Memperingati seratus hari musibah gempa Jogja dan Jawa Tengah, Komunitas Sastra Indonesia (KSI) merangkul PT. Excelcomindo Pratama dan Penerbit Bentang Pustaka, meluncurkan sebuah buku antologi puisi berjudul “JOGJA 5,9 SKALA RICHTER”. Acara berlangsung Sabtu malam,
Sekitar tiga puluh penyair, yang karyanya tercantum dalam buku itu, hadir. Meskipun tidak semua membacakan puisinya, setidaknya malam itu di beranda belakang yang dikelilingi seratus nyala lilin itu benar-benar bertabur kata-kata puitis. Ah, tak hanya puitis, namun menggetarkan karena sarat oleh makna duka mengenai peristiwa gempa yang melanda Jogja dan Jateng tiga bulan silam.
Pembacaan puisi dibuka oleh penyair Eka Budianta. Dengan puisi berjudul: “Kalau bukan Penyair, Lalu Siapa?”, ia mengigatkan para sastrawan untuk ‘ringan tangan’ membantu saudara-saudaranya yang sedang terpuruk oleh bencana. Lantas diikuti dengan penyair berikutnya seperti Sihar Ramses Simatupang, Zen Hae, Chavchay Syaifullah, Fatin Hamama,
Dalam sambutannya, Kurnia Effendi sebagai Ketua Program Buku KSI, menyampaikan bagaimana proses buku ini terjadi. Gagasan untuk memperingati 100 hari musibah Jogja muncul di antara pertemuan berkala KSI dalam rangka menggulirkan momentum bantuan kepada korban gempa Jogja. Ketika maksud menerbitkan buku antologi puisi itu diumumkan, antusiasme penyair begitu meluap. Karena karya-karya yang masuk demikian banyak dan ditulis secara sungguh-sungguh, pihak KSI ingin menghargai para penyair dengan menerbitkannya secara serius pula. Maka program ini ditawarkan kepada Bentang Pustaka melalui Gangsar Sukrisno. Seiring dengan tangan terbuka pihak penerbit, program Pulihkan Jogja XL Care menyanggupi untuk pembiayaannya. Maka ibarat gayung bersambut, buku tersebut akhirnya terbit dalam waktu yang relatif singkat.
Malam itu, XL Corporation Communication Head, Ibu Ventura hadir dan memberikan sambutannya. Bahwa upaya XL dalam program memulihkan Jogja memang sudah berlangsung lama. “Dan kerjasama penerbitan buku ini menjadi bagian yang penting karena akan berkelanjutan seiring penjualan buku yang disumbangkan bagi korban gempa Jogja,” katanya. Didampingi oleh Ibu Wardhani Sudjono, pihak XL secara simbolik menerima buku “JOGJA 5,9 SR”, dari Kurnia Effendi. Selanjutnya buku juga diserahkan kepada Endo Senggono dari PDS HB Jassin mewakili pihak perpustakaan, dan
Acara yang hangat itu tidak hanya diisi dengan pembacaan puisi dan musikalisasi puisi. Ada pemutara film kesaksian pasca gempa Jogja yang dipersembahkan oleh
Sebagaimana rencana yang sudah jauh-jauh hari diperbincangkan, acara ini akan disambung dengan peluncuran buku yang sama di
Pada akhirnya, walaupun puisi tidak sepenuhnya mampu menggambarkan peristiwa dahsyat yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 yang lalu, terasa ada ikatan emosional yang kuat. Kebersamaan untuk ikut menanggung perasaan duka itulah yang mungkin akan meringankan beban secara psikis saudara-saudara kita di Jogja dan Jawa Tengah. Mudah-mudahan jejak duka 100 hari, dalam bentuk buku puisi, menjadi hikmah yang justru meningkatkan tali persaudaraan sebangsa dan tanah air.
(Kef)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home