WANITA
Tanggal
di The Acacia Hotel, Jl. Kramat Raya
Akan berbicara sejumlah wanita istimewa. Tentu yang mereka sampaikan adalah hal-hal yang istimewa menyangkut peran wanita di masa depan.
Siapakah mereka?
1. Dr. Meutia Hatta Swasono (Ibu Menteri)
2. Dra. Setiawati (Deputi Menteri Pemberdayaan Wanita)
3. Nova Eliza (Artis Sinetron)
4. Ayu Dyah Pasha (Seniwati dan pengelola Event Organizer “Tikar”)
5. Lola Amaria (Sutradara film “Betina”)
Jadi jangan lewatkan.
Saya menyambutnya dengan esai di bawah ini:
WANITA
SEBUAH novel karya Paul I Wellman, berjudul Wanita, pernah memesona perhatian saya kira-kira tiga puluh tahun yang silam. Paragraf pertamanya pernah saya hafal di luar kepala. Menggambarkan tentang
Dan kini tetap saja memesona. Mungkin, pertama karena bahasa terjemahannya yang sanggup mewakili edisi aslinya. Kedua, karena berisi tentang drama besar perjalanan hidup manusia (perempuan) dari pojok ‘selokan’ hingga ke kursi istana. Perjalanan yang penuh dengan intrik politik, dan sebuah kisah penaklukan luar biasa seorang wanita terhadap lelaki darah biru yang berkuasa. Penaklukan Theodora terhadap Justinianus. Penaklukan seorang pelacur terhadap lelaki terhormat.
Sedemikian kuatkah seorang perempuan untuk berada di garis depan? Pertanyaan ini akan meminta ingatan kita untuk menelusuri nama-nama seperti Siti Aisyah binti Abu Bakar, Tjoet Nja’ Dhien, Dewi Sartika, Retno Dhoemilah, RA Kartini, Mother Theresa, dan seterusnya. Majalah Azzikra edisi April 2006, pernah mengedepankan
Sementara itu, sejumlah pakar pemasaran dan motivator, menganggap bahwa saat ini dunia sedang memanjakan kaum wanita. Lagu “Woman” yang disenandungkan almarhum John Lenon, misalnya, pernah menjadi theme song seminar Hermawan Kartajaya, sepanjang satu tahun, setelah tahun sebelumnya “I Have A Dream.” Demikian juga lagu “Mother, How are You Today” menjadi pilihan pembicara yang lain. Dapat disimpulkan bahwa perempuan menjadi pusat perhatian karena dua hal: pertama, sebagai tujuan ‘pasar’; kedua, sebagai potensi yang diandalkan.
Bayangkan apabila di dunia ini tidak terdapat semburat aura perempuan, tentu tak akan ada kemilau Byzanthium (seperti dalam novel Paul I Wellman) dan tak terlahir
Terlepas dari yang abu-abu, sesungguhnya ada energi besar pada ‘tulang rusuk’ itu. Dalam sebuah perumpamaan religius, ‘tulang rusuk’ Adam diambil untuk dijelmakan (dimanusiakan) sebagai Siti Hawa. Katakanlah benar, berarti setiap pasangan lelaki adalah tulang rusuknya sendiri. Energi yang lahir dan memancar dari seorang perempuan, hampir dapat disimpulkan adalah dari bagian lelaki juga. Oleh karena itu, tak patut lagi bila lelaki menjadi iri hati, karena yang diharapkan adalah dukungan positif untuk saling bahu-membahu. Terutama dalam membangun negeri ini.
Baiklah, walaupun mungkin tidak seratus persen mencetuskan pemikiran brilian, setidaknya Megawati Soekarnoputri pernah menjadi nakhoda
***
MEMETIK spirit itulah, Lembaga Pemerhati Kajian Publik (LPKP) ingin mengangkat peran perempuan secara lebih kentara. Kita tahu, perempuan pada dasarnya lambang keindahan. Acap diibaratkan bunga atau rembulan. Mimpi mereka pun kaya dengan warna, penuh dengan simbol-simbol yang megah. Dan entah kenapa (saya memiliki sedikit pengalaman pada sebuah brainstorming mengenai standarisasi sebuah ruang pamer otomotif ), saat manajemen pusat korporasi meninjau gerai mereka di Indonesia, justru meminta pendapat perempuan untuk mengubah interior. Artinya, estetika dan imajinasi, lebih mengental pada benak para perempuan.
Perempuan masa depan, yang tak semata dimanja oleh produsen, sekaligus juga ditantang untuk ‘mengubah’ dunia.
Percayalah, kini perempuan tak hanya menyuarakan suara pribadi (yang mungkin menyayat hati), tetapi sanggup berdiri mewakili orang banyak, lembaga, konstituen, dan bahkan atas nama kemanusiaan. Sejak sebagai penyair, pemimpin LSM, jurnalis, menteri, dan juru dakwah: yang disuarakan sudah lebih besar dibanding apa yang dirasakannya.
Pertanyaannya adalah: adakah wanita yang sukses mengelola empat fungsi sekaligus dalam kehidupannya? Sebagai seorang istri (jika telah memiliki suami), sebagai seorang ibu (ketika telah memiliki buah hati), sebagai wanita karir (bila bekerja di luar rumah), dan sebagai makhluk sosial (hubungannya dengan lingkungan). Mungkin perlu menghitung waktu yang sama-sama 24 jam bagi setiap orang untuk dibagi secara rinci dalam menjalankan masing-masing peran. Mungkin memerlukan vitalitas tertentu yang membuatnya tak hanya sehat secara fisik namun juga tetap berpikir kreatif. Mungkin membutuhkan kesabaran dan budi pekerti yang memadai dalam menghadapi kebutuhan suami dan kepentingan anak-anaknya.
Biarlah seluruh pertanyaan itu akan dijawab pada tanggal
(Kurnia Effendi, JEDA untuk PARLE edisi
0 Comments:
Post a Comment
<< Home