Selamat Jalan Imelda
Malam ini (30 Agustus 2006) adalah malam perpisahan
Ketika aku ditanya oleh seorang dokumentator acara, dalam sebuah funny-interview menjelang Farewell Party, kusampaikan: ”Imelda bagi saya adalah inspirasi. Di saat kepala saya blank, ide-ide buntu, dengan melihat senyum Imelda, gagasan begitu deras mengalir ke dalam pikiran. Karena itu, dalam meeting, saya tidak pernah duduk di sebelah Imelda, melainkan di seberangnya, agar tetap bisa menikmati senyumnya yang selalu segar.”
Ketika aku diminta oleh master of ceremony untuk menyampaikan ‘kado’, aku tak punya souvenir lain kecuali sebuah puisi. Lalu sedikit kuberi pengantar seperti ini:
”Setiap tanggal 21 Desember, saya akan membuka komputer dengan sebuah semangat. Saya pejamkan mata sebelum mulai menulis ucapan ulang tahun buat Imelda. Sekali waktu saya membayangkan sebuah padang rumput savanah yang luas menghijau sejauh pandangan mata. Lalu ada ilalang meruncing tinggi di tengah-tengahnya. Itulah Imelda, dengan kembang rumput putih kelabu, indah namun sederhana. Di waktu lain, saya menemukan lautan yang membentang biru. Imelda bukanlah gulungan ombak besar. Ia perumpaan riak kecil yang selalu menciumi bibir-bibir pantai. Demikianlah, lalu saya menulis kata pertama puisi untuk hadiah ulangtahunnya, yang saya kirim melalui email.
Malam ini saya ingin mengingatkan, bahwa sekitar dua tahun yang lalu, Imelda pernah mengaku menangis membaca salah satu cerita saya, yang berjudul ‘Aku Mulai Mencintaimu’ (dari buku ‘Bercinta di Bawah Bulan’). Agar Imelda tak lupa pada saya, dan Imelda tetap melekat di hati saya, puisi yang akan saya bacakan, adalah untuk mengenang kenangan. Saya mulai dari kata pertama dalam cerita pendek itu:
Kepergianku ini justru karena aku mulai mencintaimu.
Sahabat semua, ini langkah yang sungguh berat
Saat seluruh perasaan tertanam semakin erat
Tapi,
Meski selalu berharap untuk tidak pernah terlupa
Bertahun sudah kita lewati bersama
Perjalanan yang penuh tanya untuk saling memberi warna
Kita ternyata belajar melalui jatuh-bangun perasaan
Tak ada yang sungguh sempurna, sebagai kesetiaan
Beribu hari kita mencari
Tempat untuk tegak berdiri
Namun beribu kali kita tergoda
Untuk saling berburuk sangka
Kepergianku ini justru karena aku mulai mencintaimu
Dalam tawa kita, tentu ada haru-biru
Dalam rasa kehilangan itu, cahaya harapan tampak di mataku
Ah, tak ada yang keliru kecuali permainan ruang dan waktu
Satu hal yang sangat kuhindari adalah memperlihatkan air mata
Karena kita tak pernah sungguh berpisah
Selalu ada cara untuk tetap bersama, di mana dan kapan saja
Karena kita tak pernah sungguh-sungguh berpisah
Aku kan minta maaf untuk semua khilaf
Aku kan mohon doa untuk seluruh cita-cita
Aku kan ucapkan terima kasih untuk tahun-tahun indah
Percayalah, kepergianku ini karena aku mulai mencintaimu
Jakarta, 30 Agustus 2006
Selamat jalan, Imelda. Menyongsong tugas baru di Audi. Semoga jarak tidak pernah menjadi alasan untuk saling melupakan.
Kurnia Effendi
2 Comments:
Puisinya dahsyat tenan kang...
ntar saya pakai kalo ada acara farewell2an, diizinkan bukan? :)
zzzzz2018.8.29
nike shoes
ray ban sunglasses
nfl jerseys
canada goose uk
coach outlet
kate spade outlet
coach outlet
golden goose sneakers
christian louboutin shoes
ultra boost 3.0
Post a Comment
<< Home