Thursday, December 14, 2006

Infotainment

Ike Nurjanah Terlena oleh Puisi

 

NAMA Ike Nurjanah tentu tak asing bagi penggemar lagu dangdut di tanah air. Tetapi, malam Minggu 25 November 2006 yang lalu, Ike di MP Book Point Jakarta Selatan tidak menyanyi satu lagu pun. Ia hadir untuk sahabatnya, Johannes Sugianto, yang meluncurkan buku antologi puisi berjudulDi Lengkung Alis Matamu”.

Di antara para penggemar sastra, khususnya puisi, Ike tidak tampak canggung. Dengan wajah polos tanpa make up (ah, ia memang bukan sedang menghadiri pesta selebritis seperti biasanya), Ike tampak cantik alami. Wajah lembut itu berulang kali tersenyum, menyapa dan disapa, serta ngobrol dengan para pengunjung yang lain.

Rupanya, Ike telah jauh-jauh hari dipesan untuk membacakan satu buah puisi di beranda belakang toko buku MP Book Point. Setelah sejumlah penyair turut merayakan acara launching dengan membawakan puisi pilihan dari buku Jo, Ike didaulat untuk tampil sebagai puncak acara. Tentu ia mengaku grogi, karena biasanya diminta menyanyi  sebagai satu hal yang sangat dia kuasai.

Ternyata, walau puisi yang dibacakan judulnya bukanTerlena”, Ike membaca penuh penghayatan, bahkan suaranya gemetar oleh rasa haru, membuat kita semua terlena dibuatnya. Aplaus panjang mengiringi ujung baris puisi yang dibacanya. Lalu ia kembali tersenyum, anggun dan menawan.

Apa yang menarik dari puisi atau sastra umumnya bagi Ike? Ternyata ia menggemari karya-karya Kahlil Gibran, juga sempat mengoleksi beberapa buku puisi para pujangga tanah air. Setidaknya dengan wawasannya itu, sebagai penyanyi, Ike sering diajak diskusi oleh pencipta lagunya saat menggarap lirik. Dengan demikian, Ike dapat memberikan masukan, kira-kira suasana apa yang hendak disampaikan melalui melodi itu.

Walau Ike memiliki lagu favorit lain dari album-album yang dirilis, lagu Terlena karya Kuntet Mangkulangit telah membuat namanya berkibar dan bergema panjang. Dan malam itu, giliran Ike Nurjanah terlena oleh karya puisi.

Apa kegiatan Ike akhir-akhir ini? Tentu saja menyanyi seraya memanjakan puterinya semata wayang. Malam itu, Ike yang tampil dengan wajah alami, telah membuat kami semua terpesona. Terima kasih, Ike. Namun sayangnya, ia tak sampai larut, sementara para penyair terus merayakan pesta puisi itu hingga jauh malam.

           

(Kurnia Effendi)

 

 

 

 

 

 

 

2 Comments:

Blogger Haris Firdaus said...

saya ingin tahu gimana ike membacakan puisi. gemetaran gak?

mas kurnia, saya pernah nyuri2 mabaca buku sampeyan di gramedia solo (kincir api). gak kuat beli. he2. maklum mahasiswa. salam kenal dari saya.

haris
http://rumahmimpi.blogspot.com

8:05 AM  
Blogger Unknown said...

louis vuitton
cheap oakley sunglasses
fitflops sale clearance
moncler outlet
pandora charms
mcm bags
ugg outlet
canada goose outlet
uggs outlet
true religion outlet
201612.24wengdongdong

4:17 PM  

Post a Comment

<< Home