Saturday, December 30, 2006

MARYAM

ANDAIKATA ada pertanyaan: “Siapakah perempuan paling suci di dunia?” Saya akan menjawab tanpa ragu-ragu: “Dialah Maryam, ibunda Nabi Isa alaihissalam. Dia perempuan paling suci di bumi sepanjang zaman.”

Adakah jawaban saya berlebihan? Mudah-mudahan tidak. Justru mungkin, menurut saya, agak berlebihan penghormatan masyarakat dunia terhadap pemakaman Lady Diana, yang tewas dalam keadaan hamil bukan oleh (dan tidak sedang bersama) suami resminya. Sementara ada wanita terhormat dunia lain, Mother Theresa, yang meninggal sehari kemudian setelah kecelakaan Lady Di, pemberitaannya hanya singgah secara formal dalam media massa.

Ibunda Maryam, pada umat  Nasrani dipanggil sebagai Bunda Maria, tercantumkekalkisahnya dalam kitab suci. Kita semua tahu, saat mengandung Isa Almasih, Maryam tetap dalam keadaan perawan. Terbayang betapa berat cobaan bagi kekuatan imannya untuk dapat meyakinkan penduduk di sekitarnya, bahwa ia tidak pernah melakukan hubungan seks dengan lelaki manapun. Mahasuci Allah. Dan terpujilah Bunda Siti Maryam.

Pada masa itu, tentu, belum ditemukan teknologi kawin suntik atau pembuahan dengan cara-cara di luar kelaziman. Itu semata kehendak Tuhan, dengan kun fayakun. Lantas apa maksud Tuhan melalui keajaiban yang ditunjukkan justru serupa aib, yang harus dijaga dengan air mata kecintaan hambaNya yang tak pernah goyah imannya?

Dengan berlinang air mata dan bersandar pada petunjuk malaikat, Maryam melahirkan Isa. Tangannya yang lemah mengguncang batang kurma yang segera menjatuhkan butiran bebuahnya, sebagai suapan pertama, baik bagi ibu yang baru melahirkan maupun bayinya. Kita semua tidak pernah melihatnya, atau mendengar langsung dari tetangganya, karena telah terlampau jauh kejadiannya di masa silam. Kita hanya dapat membaca kisahnya melalui Al-Quran dan pelbagai tafsirnya. Namun, dengan kebeningan hati nurani, semoga dapat membayangkan penderitaan lahir batin Maryam. Bagaimana ia kemudian dicerca dan terasing. Bagaimana ia mengeluarkan seluruh koleksi kesabarannya untuk dapat bertahan dari peristiwa yang ia yakini sebagai kehendak Tuhan.

Maryam melahirkan seorang Rasul. Seorang Pemimpin bagi umat Kristiani, juga Nabi bagi orang Islam, sebelum sang penghujung: Rasulullah Muhammad SAW. Isa adalah seorang lelaki yang tak pernahmati’. Dalam Islam, Nabi Isa AS, juga tetap hidup di surga, karena ia diangkat tanpa melalui ajal. Allah menggantikannya dengan seseorang, tentu hanya atas ijinNya. Dalam kemudaannya Isa telah memperjuangkan banyak hal, banyak keajaiban, yang terjadi karena mukjizat, juga mewariskan Injil. Salah satu mukjizat yang mirip kemampuan Tuhan, adalah meniupkan ruh pada tubuh burung tanah liat. Sekejap kemudian terbanglah burung itu dengan suka-cita.

Kembali kepada Maryam, kita tak pernah benar-benar paham maksud Allah di balik peristiwa itu. Seperti kita tak pernah paham, mengapa Allah memerintahkan Ibrahim AS meninggalkan isterinya, Siti Hajar, di tengah padang pasir bersama bayi Ismail yang lemah. Ketika orok itu menangis kehausan, sang ibu harus mondar-mandir di bawah terik surya untuk mencari setetes air, antara Shafa dan Marwa. Berulang kali pergi dan pulang, tak juga dijumpai oase sebenarnya dari setiap fatamorgana yang dipandangnya, untuk mendapatkan air minum bagi sang bayi. Setelah sekian lama, tiba-tiba dari entakan tumit Ismail mungil yang meronta itu tercecah celah yang kemudian menyemburkan air. Zamzam! Zamzam! Air itu, subhanallah, hingga detik ini masih mengalir, dan telahmenggenangilambung para peziarah dan keluarganya di seluruh bumi. Mungkin hingga akhir zaman. Subhanallah.

Apakah dengan demikian kita harus belajar kepada ketabahan dan kesabaran perempuan? Kita yang laki-laki, mungkin benar memiliki otot luar biasa kuat, sementara tubuh perempuan akan terbang sekali empas. Tapi siapa berani bertaruh, mana lebih kuat bertahan ketika harus menggendong bayi (sebagai contoh sederhana) sepanjang hari? Ada keajaiban di situ. Kekuatan yang tidak ditunjukkan dalam bentuk fisik, tetapi lebih kepada yang abstrak: semangat, keikhlasan, ketabahan, ketekunan, harapan, kesabaran, dan banyak lagi. Oleh karena itu, percaya atau tidak, seorang lelaki yang diduakan akan lebih lekas meledak ketimbang perempuan yang memperoleh banyakmadu’.

Dalam kelemahannya, perempuan memiliki kekuatan yang melebihi laki-laki. Dalam pelbagai kejadian, baik yang positif maupun negatif, perempuan sering mengalahkan laki-laki. Mungkin karena itu pula, posisinya diletakkan sebagai salah satu dari tiga yang akan memperdaya laki-laki. Tapi jauh dari maksud itu, saya secara pribadi kagum terhadap perempuan.

Jadi, andai ada pertanyaan, siapakah perempuan paling suci dan sekaligus sabar di bumi? Saya akan menjawab tanpa ragu-ragu:  Dialah Maryam, ibunda Nabi Isa alaihissalam. Dia perempuan paling suci di bumi sepanjang zaman. Juga tak kalah sabar dengan Siti Hajar.”

 

(Kurnia Effendi, untuk kolom JEDA pada tabloid PARLE)