"Senja Raya Indonesia Merdeka"
Dari Komunitas Leo Kristi:
Pertemuan anggota komunitas milis secara off-line sebenarnya sudah biasa. Namun bagi Komunitas Leo Kristi yang menamakan diri para LKers mengandung femomena tersendiri. Mereka bernaung dalam sebuah kelompok mailing list dalam Yahoo Groups yang dipertautkan oleh kegemaran mereka terhadap lagu-lagu Leo Kristi.
Tentu saja ada komunitas penggemar lagu-lagu Koes Plus, The Beatles, Iwan Fals, Slank yang menyebut diri Slankers, atau pecinta KLa sebagai Klanis. Adakah perbedaan di antara mereka? Sama-sama fans club, kelompok penggemar, tetapi yang menonjol pada para LKers ini justru rasa persaudaraan di antara mereka, di antara keluarga mereka.
Untuk yang kesekian kali mereka melakukan kopi darat (pertemuan). Kali ini, seraya memperingati HUT Republik Indonesia, para miliser Leo Kristi saling berjumpa dan membuat acara bertajuk “Senja Raya Indonesia Merdeka.” Awalnya hanya bermaksud nyanyi-nyanyi lagu Leo Kristi sembari ngobrol melepas kangen, tetapi lantaran kegiatan tersebut diumumkan di sebuah media nasional, mendadak ingin serius. Maksud serius di sini, acara itu kemu
Anggota milis ini rata-rata angkatan 80-an. Tentu saja, karena lagu-lagu Leo Kristi berkumandang pertama kali tahun 1975, di saat para LKers ini masih remaja atau menjadi pelajar di pelbagai kota masa lalu. Keterpesonaan mereka terhadap (makna lirik yang puitis dari) lagu-lagu konser rakyat Leo Kristi yang banyak memotret Indonesia dari sudut-sudut paling rinci, membuat masing-masing memiliki sejarah. Para penggemar ‘akut’ ini tak terpetakan karena mereka berbeda dengan fans club yang menggandrungi band-band pop atau rock yang da
Diprakarsai oleh Amir H. Daulay, beberapa tahun yang lalu, dibuatlah milis dengan semacam coba-coba. Rupanya tak gampang juga menjaring peserta karena kebanyakan yang diundang justru bertanya: “Siapa itu Leo Kristi?” Ada yang benar-benar tak kenal, ada juga yang pura-pura tak tahu. Namun singkat cerita, milis ini kemu
Anggota LKer ini pada hari Sabtu, 18 Juli 2007 yang baru lalu, mulai jam 4 sore, melangsungkan acara di MP Book Point. Sekitar 30 orang anggota hadir, termasuk dari luar kota: Bandung, Wonosobo, Bangka-Belitung. Mereka seperti sebuah keluarga besar di luar rumah, melakukan silaturahmi dengan rasa kangen dan emosi tersendiri. Di antara mereka bahkan membawa anak dan istri, itu sebabnya komunitas ini sangat berbasis kekeluargaan. Sepertinya, selain memaknai karya yang sarat dengan napas kebangsaan dan cinta kehidupan rakyat, ada upaya untuk melestarikannya dengan “mewariskan” kepada generasi muda, anak-anak mereka.
Di antara para anggota milis, memang ada yang tergolong belia, dan mungkin “terlambat” menikmati keindahan tembang dan lirik Leo Kristi. Mereka adalah Budhi Kurniawan (penyiar radio Utan Kayu 68H) dan Aki Sudrajat yang seolah mengikuti jejak sang troubadour dengan kegemarannya mengembara dan menciptakan lagu-lagu.
Dibuka dengan pembacaan teks proklamasi oleh Setiyadi yang
Demikianlah acara mengalir tanpa MC. Selang-seling antara bernyanyi, baca puisi dan cerpen oleh Yoosca Sakanti (membawakan cerpen “Pojok Kafe Simpanglima”), Henry Ismono (membawakan cerpen “Bendera” karya Maroeli Simbolon), Zhou Fuyuan (membacakan terjemahan puisi Tiongkok klasik) dibantu oleh Maria Bo Nio dari Wonosobo dan Dewi dari Bangka-Belitung, kesaksian oleh Abing Patrick dari Bangka Belitung, presentasi foto-foto perjalanan karya Henry Widjaja, dan pemutaran film dokumenter tentang para pendiri Republik koleksi Ramdan Malik. Rencana semula akan berakhir lepas maghrib akhirnya memanjang hingga 21.00. Bahkan, Setiyadi menciptakan acara dadakan: talkshow dengan gaya Tukul meskipun tidak saling cium pipi karena narasumbernya para lelaki, termasuk Amir H. Daulay sang pionir komunitas. Ya, jika dituruti, mereka tak hendak menghentikan nyanyian dan obrolan. Tak terasa lebih dari dua puluh lagu berkumandang di teras kafe Saqi, MP Book Point.
Dengan keakraban yang mengundang sim
Leo Kristi sendiri, sang troubadour yang menjadi idola, tak pernah turut serta dalam pertemuan itu. Seolah menem
“Dirgahayu Indonesia Raya” adalah lagu resmi yang menutup acara Komunitas Leo Kristi. Gema panjang semangat mereka terngiang hingga ke rumah masing-masing.
(Kurnia Effendi)
2 Comments:
chenlina20150627
abercrombie and fitch
abercrombie store
fitflops sale
longchamp outlet
hollister clothing
p90x
michael kors
cheap toms sale for kis
kids lebron james shoes
true religion sale
cheap jerseys wholesale
oakley sunglasses outlet
coach outlet store online
cheap toms
jordan retro 13
michael kors outlet online sale
abercrombie and fitch
true religion sale
cheap jordans
coach outlet
kids lebron shoes
cheap jerseys
oakley sunglasses
pandora bracelets
oakley sunglasses
gucci outlet
ralph lauren outlet
cheap nfl jerseys
air jordan retro
coach factory outlet
oakley sunglasses
jordan 8 bugs bunny
nike air max
louis vuitton outlet
true religion
michael kors
ralph lauren outlet
oakley sunglasses wholesale
michael kors outlet
louis vuitton
zzzzz2018.8.29
ugg boots
coach outlet
louboutin outlet
issey miyake
mulberry uk
fitflops shoes
off white jordan 1
hugo boss sale
off white clothing
polo ralph lauren
Post a Comment
<< Home