Tuesday, December 11, 2007

Amar Ibrahim

”Impossible is nothing!”

Siapa tak kenal Maliq & d’Essentials? Tanyakan tentang grup musik itu pada kaum muda dan para penggemar pop jazz, mereka pasti tahu bukan hanya personilnya, melainkan juga album dan lagu-lagunya. Baru-baru ini Maliq meramaikan Jak-Jazz 2007. Ini bukan kesempatan pertama mereka tampil dalam perhelatan kelas dunia.  Artinya, bukan persoalan mental saja, melainkan ada kualitas yang dipandang oleh timkuratormusik panitia internasional untuk mengikutsertakanMaliqdalam panggung bergengsi.

Maliqmemiliki 7 personil, terdiri dari Angga dan Indah sebagai vokalis, Widi sebagai drummer, Ifa pada piano, Jawa pembetot bas, dan Amar Ibrahim.

Nah, pada kesempatan ini Parle sengaja menampilkan Amar Ibrahim sang pemain trumpet yang juga bekerja sebagai asisten Persiden Direktur PT. Indomobil Suzuki International, Soebronto Laras. ”Maliq” didirikan 15 Mei 2002, dan Amar bergabung dengan ”Maliq”  sejak Desember 2002. Sudah berapa album sih?

”Tiga album, terdiri dari album 1st, album Repackage 1st Special Edition, dan album Free Your Mind,” kata Amar “Dalam waktu dekat kami akan merilis album repackage lagi tapi dalam bentuk soundtrack film layar lebar yang berjudul Claudia Jasmine. Harapan kami proyek ini bisa selesai awal 2008.”

Band yang mengambil aliran kombinasi antara pop, jazz, rock, R&B, soul, reggae ini lebih suka menyebut diri band-nya sebagai penganut “soulfull” atau dengan percaya diri menamakan “Maliq Music”. Sejak awal memang suka manggung. Sampai kini, selain mendengar hasil rekamannya, tentu masih dapat kita tonton mereka di beberapa klub, kafé, mal, gedung konser, ballroom, atau bahkan lapangan terbuka. “Tergantung klien sajalah,” ujar Amar.

Bagi Amar, “Maliq” ibarat second family. Banyak kesan berharga yang diperoleh selama berada di bawah bendera Maliq & d’Essentials, antara lain ketika main di Java Jazz dan Jak Jazz. “Karena itu panggung internasional. Dan salah satu stepping stone kami ialah saat main di Java Jazz 2005. Sejak saat itu orang mulai mengenal Maliq & d’Essentials.”

Pria tampan dan cute ini lahir 6 Februari 1981. Ia sendiri bingung, bakat musiknya turun dari siapa, karena keluarga besarnya tak ada yang berprofesi musisi. Tetapi ia pernah belajar trumpet di Sekolah Musik Yayasan Perguruan Cikini tahun 1992.

Cita-cita awalnya ingin jadi astronot, tapi rasanya tak mungkin mengingat ia tinggal di Indonesia. Lalu berangan-angan menjadi ahli hukum dan musisi. “Sebagai lawyer kita membantu orang lain dengan memberikan advice tentang hukum, sedangkan sebagai musisi kita menghibur orang. You can say make people smile or exited or happy… halah!”

Lalu kenapa bekerja di perusahaan otomotif? “Nggak ada hubungannya, ya? Hehe, sebenarnya motivasi bekerja di luar urusan musik itu terinspirasi oleh Dr. Iwan Nursaid. Beliau salah satu dokter bedah terkenal di Indonesia namun juga pemain perkusi andal yang disegani di Asia.”

Amar tentu harus disiplin dengan bekerja di dua dunia. Butuh “pengorbanan” besar baik jasmani maupun rohani. Contohnya, waktu istirahat jadi minim, karena umumnya show berlangsung malam hari, sementara di kantor tidak kecil tanggungjawabnya sebagai asisten Presdir. Tapi Amar happy-happy saja. Apalagi bila ketemu fans yang benar-benar menyukai karya musik “Maliq”.

Menikah di Berlin (waktu itu ibu mertua sedang sakit dan dirawat di negeri Hitler), 22 Juli 2005. Sejak 30 Mei 2006, Amar memiliki satu putri bernama Hikaru Syafa Ibrahim. Impossible is nothing, itulah motto hidupnya. Tentu punya tokoh idola. Dalam musik ia kagum pada Miles Davis dan Roy Hargrove. Dalam dunia kerja? Solebronto Laras idolanya. “I really wanna be like him, in a way.”

(Kurnia Effendi)