Thursday, April 24, 2008

Ucie Soemarmo, Si Charming yang Energik

Nama sebenarnya Srie Eka Suryantiningsih. Sejak menjadi mahasiswa ITB Jurusan Desain Grafis angkatan 83, dikenal dengan panggilan Ucie Soemarmo. Logo majalah Gadis yang Anda lihat sampai sekarang adalah hasil kreasi Tugas Akhir ketika ia menjadi mahasiswa.  Setelah lulus tahun 90, ia menempati kursi proyek khusus di bidang promosi majalah Femina. Tahun 1997 ia memutuskan menjadi freelancer. Bertemu kembali dengan teman-teman mantan Femina Group, Aini Sani Hutasoit dan Reni Kusumawardhani, mendirikan Red Communication.

            Event organizer atau lembaga kaum feminis?”

            “Bukan. Itu singkatan dari Reka Estetika Dwimatra Communication. Kami berkumpul secara berkala untuk menyiapkan materi penerbitan buku.” Ucie menjelaskan.

            “Apa saja yang dihasilkan sampai saat ini?”

            “Tentu saja beberapa buku. Empat judul diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Gaya Rambut Anak, Buah Segala Musim, Kalung Buatan Sendiri, Kalung Chik dan Unik. Ada juga yang bekerjasama dengan Tupperware, yaitu Tata Meja dan Merangkai Parcel.”

            “Ditulis sendiri?”

            “Saya tulis bersama teman-teman.”

            Sebetulnya Ucie juga secara beriringan merangkap kuliah di Jurusan Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran. Oleh karena itu kiprahnya selalu berhubungan dengan banyak orang. Sifatnya yang charming dan cerewet, membuatnya memiliki sejumlah teman dan jaringan. 

            Setelah menikah dengan Ir. Zulfikri, alumni Teknik Sipil ITB yang bekerja di Departemen Perhubungan sekolah, Ucie memiliki dua putra. Tinggal di Pejaten (sebelumnya di Pamulang), namun kegiatan sehari-harinya dibagi di banyak tempat. Kawasan Menteng untuk Red Communication, berkumpul dengan ibu-ibu Perancis di CCF dan Indonesia Herritage Society Franco-Phone, serta seminggu sekali ke Bandung.

            “Ngapain ke Bandung? Kangen orangtua atau almamater?”

            “Saya punya pekerjaan sebagai konsultan dan merancang konsep kafe De Risol.”

            “Milik siapa?”

            “Adik saya.”

            Sejak November 2007, De Risol, sebuah kafe dengan suasana hommy, berdiri di Jl. Citarum 24, Bandung. Sebelumnya mengisi booth di kawasan Jl. Riau yang dipenuhi deretan factory outlet. Sesuai dengan namanya, risoles adalah makanan andalannya. Dengan berbagai rasa, tentu saja. Dan semuanya lezat!

            “Karena adik saya membuatnya dengan kecintaan, menginspirasi saya untuk membuat De Risol yang made by heart. Jika Anda singgah ke De Risol, sama seperti pulang ke rumah. Kami juga menyediakan sarapan pagi bagi yang hendak ke kantor atau baru saja tiba dari Jakarta.” Lebih jauh Ucie cerita tentang café yang siap untuk menjadi tempat acara. Termasuk untuk bedah buku atau pameran lukisan.

            Aktivitasnya yang padat, masih ditambah keinginannya untuk menjadi dosen desain grafis—barangkali—menyebabkan tubuhnya tetap langsing. Inisiatifnya kadang-kadang membuat dirinya repot sendiri. Misalnya yang  baru saja terjadi, fashion show dengan model para wanita Perancis di Danarhadi, membuatnya “mules”. Tetapi, wanita yang berulang tahun setiap 7 September ini tetap energik dan murah senyum.

Punya cita-cita apa lagi nih? ”Saya bermimpi bisa mendirikan Partai Perempuan. Anggotanya semua perempuan, berjuang untuk kaum perempuan di negeri ini. Jadi, kalau perempuan dijatah ’hanya’ 30% duduk di parlemen, mereka harus berasal dari partai perempuan, bukan partai laki-laki,” kata Ucie mantap sambil tertawa.

Wah, cita-cita yang mengandung nilai emansipasi rasanya. Semoga lekas tercapai!

(Kurnia Effendi)

 

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Hi mas kurnia,
saya nike, scriptwriter yg dulu sempet ketemu pas mas kef di Pagi Jakarta (O Channel)
udah lama juga nggak bertandang di blog ini. ternyata aktif sekali.
besok2 saya mau rajin2 mampir ke sini
:)

9:04 PM  

Post a Comment

<< Home