Perpaduan Remy Sylado dan Jose Rizal Manua
Bawang Merah Bawang Putih Bawang Bombay
Apa bunyi ajakan Remy Sylado kepada teman-temannya dari Manado untuk nonton pementasan Teater Tanah Air pekan lalu? “Ayo kita lihat kenakalan Jose Rizal!.” Padahal, kata Jose Rizal, “kenakalan” teater itu bermula dari naskah karya Remy Sylado: “Bawang Merah Bawang Putih Bawang Bombay”
Judulnya saja sudah mengundang tawa. Sebuah dongeng atau folklore yang diplesetkan. Tontonan itu tentu untuk semua umur, dimainkan oleh anak-anak, remaja, dibantu dengan orang-orang dewasa untuk peran ayah dan ibu. Demikianlah, Teater Tanah Air pimpinan Jose Rizal Manua mementaskan naskah karya Remy Sylado dalam dua hari (Sabtu-Minggu, 29-30 Maret 2008) dengan 4 kali pertunjukan, di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki.
Pentas yang berdurasi 2 jam itu tak pernah sepi penonton, terutama di malam Minggu. Banyak penggemar teater dari luar kota, termasuk pejabat pecinta kesenian dari Sumatera dan provinsi lain di luar Jawa sengaja datang ke Jakarta untuk menyaksikan kiprah Teater Tanah Air. Tentu saja salah satu faktor yang memancing minat mereka adalah kesuksesan teater anak-anak dan remaja itu saat berlomba di Tokyo dan Jerman satu-dua tahun yang lalu. Bahkan atas prestasi itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan penghargaan Satyalancana Wira Karya kepada para pemainnya dalam salah satu kesem
Seperti yang sudah da
Pertunjukan ini disebut sebagai Sandiwara Nyanyi pelarasan lagu-lagu The Beatles. Memang, ada 12 lagu The Beatles yang telah diubah liriknya dalam bahasa Indonesia dengan kalimat dan makna yang jenaka. Pementasan dibuka dengan lagu “Obladi-Oblada”, yang menceritakan tentang Bawang Bombay sebagai peranakan Jawa, Cina, Arab. Babay (panggilan Bawang Bombay) beserta anak buahnya menda
Ada sentuhan muatan politik di sana-sini yang cukup menggelitik. Bahkan dialog yang diucapkan oleh para burung mer
Babay bersedia menolong Bawang Merah dari kesedihannya, lalu dipertemukan dengan Michele, ibunya (dimainkan oleh Clara Shinta). “Michele”—tentu saja adalah judul lagu The Beatles—yang dinyanyikan ibu Bawang Merah. Liriknya merupakan pengakuan, bahwa Michele bukan nama KTP, nama aslinya adalah Tukiyem cucu bakul mbako di Pasar Kulonprogo sejak zaman kuda gigit besi.
Dengan hitung-hitungan transaski yang disepakati, Babay menda
Aksi Babay berikutnya adalah mempertemukan ibu Bawang Merah dengan ayah Bawang Putih agar nantinya bisa menikah, melalui
Prekuel yang menarik meskipun dibuat sangat sederhana. Tokoh pangeran yang tampil di panggung datang dari Kraton Jawa. Pangeran yang memilih antara Bawang Putih dan Bawang Merah dengan ujian mencabut bunga mawar dari pot, memberikan kemenangan kepada Bawang Putih. Pot bunga mawar itu merupakan bunga kesayangan Bawang Putih yang selalu dicela oleh Bawang Merah.
Di pengujung kisah, Bawang Putih dan Sang Pangeran bernyanyi bersama dengan perasaan bahagia. Happy ending sebagaimana dongeng aslinya. Penonton yang separuh di antaranya adalah anak-anak dan remaja, sangat terhibur, tertawa sejak awal hingga akhir. Tontonan jenaka itu digarap dengan kreatif, menghadirkan lima sepeda motor ke atas panggung sebagai tunggangan para preman. Peran koreografer (Okty Budiati dan Alfira) sangat mendukung: bagaimana gerakan para pemain ketika menggambar suasana sedih, saat ayah Bawang Putih berduka. Juga beberapa transisi adegan yang diseling dengan tarian dan musik.
Lagu-lagu The Beatles tak mungkin asing bagi telinga orang dalam beberapa generasi. Sungguh pilihan yang jitu. Syairnya diubah sesuai konteks cerita dengan sisipan humor. Persoalannya, apakah sudah ada izin dari ahli waris The Beatles ketika mengubah lirik karya cipta itu untuk tujuan pementasan komersial? Tentu Remy Sylado lebih paham mengenai hukum hak cipta. Setidaknya Tamam Husein, musisi dan komposer, pada hari yang sama di tem
Secara keseluruhan, pertunjukan Teater Tanah Air ini sangat mengesankan. Tidak terlampau berlebihan jika menda
Garin Nugroho yang menonton di barisan kursi terdepan mengaku tegang ketika menyaksikan
(
1 Comments:
saya suka tulisan mas ttg noriyu itu. saya terinspirasi dengan karya2nya
Post a Comment
<< Home