Nirwan Dewanto Melepas Jantung Lebah Ratu
BEGITU lulus dari ITB, Nirwan Dewanto mengabdikan dirinya sesuai dengan latar pendidikan formalnya: geologi. Sebagai seorang geolog selama beberapa tahun, ternyata hatinya tidak terlalu semarak, karena terlalu kepincut pada dunia seni (terutama sastra), sehingga awal tahun 90-an ia pun beralih profesi. Namanya berkibar sejak Kongres Kebudayaan 1991, selanjutnya bergabung dengan Komunitas Utan Kayu. Di
Setelah bertahun-tahun menjadi penyair, eseis, bahkan redaktur halaman seni Koran Tempo, Nirwan Dewanto tidak juga menerbitkan buku yang kedua. Buku pertamanya, Senjakala Kebudayaan diterbitkan
Diluncurkan di Goethe Haus, Menteng, Jakarta Pusat,
Acara peluncuran yang disponsori oleh Sutrisno Bachir, pengusaha sekaligus Ketua Umum Partai Amanat Nasional, berjalan anggun dan tertib. Beberapa kali berbincang dengan Nirwan, ia berpenda
Anya Rompas membuka panggung dengan membaca puisi halaman pertama, sebelum membacakan aturan ketat: dilarang keluar-masuk ruangan, dilarang menyalakan ponsel, dilarang memotret dengan lampu kilat. Melanie Bu
Meski sedang tidak berada di Indonesia, Ubiet Nyak Ina Raseuki, istri Nirwan, mempersembahkan lagu keroncong melalui rekaman video. ”Kroncong Tenggara” judulnya, dipetik dari sajak Nirwan dalam buku itu, dengan aransemen dan iringan musik Dian HP. Pembacaan puisi diakhiri oleh penampilan penyairnya sendiri yang membaca ”Keledai”. Acara yang ringkas dan minimalis (terlihat dari dekor yang sangat memperhatikan komposisi) itu cukup mengesankan.
Demikianlah, 46 puisi yang ditulis Nirwan sepanjang tahun 2005-2007 telah dibekukan dalam sebuah antologi yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Konon, sesudah malam itu, Nirwan akan menyusul istrinya ke Amerika Serikat dengan membawa bukunya untuk jejaring di sana. Selamat!
(Kurnia Effendi)
0 Comments:
Post a Comment
<< Home