Memasuki Tahun (dengan shio) Kerbau Tanah, seperti memasuki simbol baru tentang kerja keras. kita semua tahu, bahwa binatang bertanduk dengan kulit kelabu itu memiliki tenaga yang kuat. Tampak lamban namun produktif, sepanjang pengendalinya tahu persis bagaimana memanfaatkan kekuatannya yang tahan banting.
Seolah sudah ditetapkan oleh skenario besar, ketika krisis global melanda dunia dan konon akan terlihat dampaknya di tahun 2009 ini, dalam penanggalan Cina (sang ahli dagang) tahun pun berganti, dari Babi menjadi Kerbau (Tanah). Seperti sebuah novel peradaban ekonomi, sebagai kepercayaan atau dipandang secara ilmiah, dengan simbol tersebut, bersiaplah merancang program antisipatif.
Dalam menghadapi krisis, setelah pengalaman tahun 1997, sebagian perusahaan besar lebih siap. Namun krisis lebih terasa pada pasar bursa, terkait dengan turunnya daya beli akibat kredit macet, membuat nilai uang tak berharga karena barang menumpuk. Hal itu sanggup membalikkan posisi wirausahawan terkaya menjadi terpuruk. Kegelisahan ini sangat terasa melalui suhu politik lantaran adanya tarik-menarik kepentingan terhadap kekuasaan. Kebijakan pemerintah boleh jadi akan terpengaruh oleh prosesi sistem ekonomi yang berjalan di lapangan.
Dalam konteks politik dan visi-misi pemerintahan, ada yang memanfaatkan kondisi ini untuk memainkan persepsi dan perspektif masyarakat. Prabowo Subiyanto, misalnya, mendudukkan partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dalam wacana itu. Konsep yang kerap didengungkan adalah mengajak kita kembali pada masyarakat agraris. Pesona Indonesia terhadap industri dan teknologi, modernisasi yang diserap tanpa melihat kemampuan diri, barangkali dianggap pengalaman yang merugikan. Politik mercu suar, membangun secara besar-besaran dengan uang hasil utang luar negeri, telah memanjakan masyarakat sampai pada titik malas berpikir.
Tahun Kerbau seperti sudah digenggam jauh-jauh hari oleh politisi yang pernah menjadi bagian dari Keluarga Cendana itu. Dengan sifat dan keunggulannya, kerbau adalah hewan sawah, pembajak yang andal, dan bukan tergolong pemboros. Andaikata—tanpa harus percaya kepada urusan shio—kita menangkap isyarat alam, sudah saatnya kita kembali memandang bumi: barangkali recovery ekonomi tak perlu berlangsung lama. Kinilah saatnya menghitung kekuatan diri, dengan semua yang kita miliki berusaha mengeksplorasi setiap kemungkinan. Tanah kita, dalam konteks negara adalah seluruh sumber daya alam, diperhatikan nasibnya, dirawat, untuk kebaikan masa depan.
Dalam konteks perusahaan, manajemen harus mulai melihat aset utama yang dimiliki, termasuk di dalamnya adalah sumber daya manusia. Alat sebagai sarana fasilitas harus dioperasionalkan dengan hati-hati demi menjaga keawetannya. Materi yang dapat dihemat harus dimulai penghematannya dari sekarang. Karyawan diberdayakan secara optimal dan diajak berpikir bersama tentang efisisensi. Gunakan waktu luang (oleh turunnya kesibukan karena kurangnya produktivitas) untuk menambah pengetahuan praktis, dengan pelatihan inhouse atau yang ringan biaya. Strategi training ini dinilai penting karena merupakan persiapan untuk menyambut kebangkitan ekonomi kembali.
Sejumlah usaha jasa dan penjualan produk otomotif bersaing dalam hal pelayanan terhadap pelanggan. Market share bisa tetap tetapi kuantitas distribusi turun karena menyusutnya daya beli masyarakat. Bagi pembeli yang bersandar pada dana pembiayaan lembaga keuangan (leasing) dapat diperkirakan akan rontok. Biasanya akan ada kenaikan bunga, mempersingkat tenor, dan down payment menjulang. Pelajaran dari obral gila-gilan perusahaan raksasa Amerika yang memicu krisis harus menjadi guru yang terbaik.
Memberikan kepuasan pelanggan menjadi strategi yang dimainkan oleh banyak ATPM dan perusahaan jasa. Pelanggan adalah aset yang secara tidak langsung menggaji karyawan. Pelanggan menjadi lebih sensitif, kompetisi begitu ketat, dan sedikit saja kekecewaan mereka terima, pilihan jatuh pada saingan.
Perusahaan otomotif Toyota saja mengalami penurunan penjualan terbesar sepanjang sejarah pada bulan lalu. Artinya, sekalipun krisis sepuluh tahun yang lalu berdampak sangat luas dan mengarungi waktu perbaikan yang begitu lama, krisis tahun ini juga tidak main-main. Dulu, mungkin tabungan perusahaan yang dihimpun melalui revenew dari tahun-tahun sebelumnya masih besar. Deposit yang dipersiapkan untuk pengembangan usaha, penanaman investasi saat diversifikasi usaha, akan membiayai krisis panjang. Rasanya kita semua belum menarik napas lega ketika gelombang kehancuran ekonomi baru kembali menghajar, dan justru berasal dari negara adikuasa.
Kerapuhan sistem keuangan yang tampak menggelembung dari luar sungguh mengerikan apabila salah satu sendi utamanya—setoran balik dari masyarakat—tak lagi sanggup menopang. Banyak orang keliru menafsir rayuan menggiurkan dari bank dengan pinjaman lunak. Sebenarnya ada apa di balik itu? Bank yang sehat biasanya tidak agresif, karena ia bermain di level atas, dan tidak menipu masyarakat luas. Bunga tinggi untuk para penabung tentu bermaksud untuk menyerap dana dalam rangka memperbesar modal dan bisa memutar ekonomi makro.
Kembali pada penanggalan Cina, orang-orang yang lahir dengan shio kerbau dikenal sistematis dan setia pada pola. Penghargaan terhadap tradisi besar sekali. Tipe pekerja keras dan fokus. Ia tahu, bahwa keberhasilan yang bertahan lama hanya dapat dicapai menurut cara yang benar. Oleh sebab itu, manajemen perusahaan yang kritis akan meletakkan pondasi kesuksesan sejak dini, sejak krisis dimulai. Tidak lagi menunggu kemelut datang dan orang-orang panik dengan gelombang pengangguran. Seharusnya hal itu dapat diatasi tanpa harus menyingkirkan karyawan. Bukan habis manis sepah dibuang, tetapi harus sama-sama berjuang.
Menurut beberapa pakar, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono cocok dengan tahun kerbau. Apakah karena ia tipe pekerja keras, atau ketenangannya menyimpan kecerdasan pandangan terhadap masa depan? Situasi kondusif itu harus diimbangi dengan kebijakan ekonomi yang menjunjung kepentingan masyarakat banyak. Keputusan untuk menurunkan harga BBM sampai tiga kali mungkin momentum bagus. Setidaknya berusaha terus menggerakkan ekonomi mikro. Presiden SBY boleh memanfaatkan situasi menguntungkan ini untuk iklan testimoni.
Mengikuti cara kerja dan konsistensi terpola gaya kerbau, ada baiknya kita menjadi vegetarian. Dalam arti sesungguhnya maupun kiasan. Ketika bahan pangan melonjak, semestinya hasil kebun dapat melangsungkan hidup orang banyak. Perpindahan pola makan juga akan menyehatkan badan, menjernihkan pikiran, dan memperpanjang usia. Secara kiasan, manajemen pemerintah maupun perusahaan harus mengubah biaya belanja dengan pola ”vegetarian”, alias penghematan. Ekonomi mikro harus tetap bergulir sehingga kegiatan masyarakat kelas bawah yang mayoritas tetap berlangsung. Lambat-laun, yang mikro akan menggerakkan yang makro. Mari kita tunggu pakar ekonomi membeberkan analisis mereka. (Kurnia Effendi).
0 Comments:
Post a Comment
<< Home