Thursday, May 18, 2006

Sekilas Karyawan Teladan


Sekilas Proses Menuju Sang Teladan

Kamis, 18 Mei 2006.

Saya ingin (dan sekarang sudah) memberitahu kepada semua sahabat, baik di dalam maupun di luar kantor, bahwa akhirnya saya meraih peringkat kedua sebagai "Karyawan Teladan Suzuki, 2006". Syukur alhamdulillah. Peringkat pertama diraih oleh karyawan dari Produksi Suzuki Mobil di Tambun, di departemen HRD bagian Industrial Relations. Cocoklah menurut saya, karena 70% soal test berisi urusan perselisihan perburuhan, ILO, cara menghitung pesangon pegawai yang pension (dengan contoh kasus), perundang-undangan dan keputusan menteri mengenai ketenagakerjaan... Saya berterima kasih telah sampai pada ujung perjuangan dengan istilah "sampai titik pikiran penghabisan" (karena tidak perlu berdarah-darah). Saya berhasil dengan rileks menyampaikan presentasi makalah, dengan tema: Pasar Bebas, Kemitraan Serikat Pekerja, Kebijakan Pemerintah terhadap Industri Otomotif, dan Revitalisasi / Reposisi Manajemen. Untuk urusan ini, ehem, nila saya paling tinggi.

Doa tulus, dukungan moral, curah pikiran dan hasrat, genggam jabat tangan hangat, tiupan motivasi, menjadi bekal saya untuk tampil di panggung seleksi. Saya suka merasa berada di luar sangkaan, karena tak pernah bercita-cita menjadi karyawan teladan. Siapa yang menilai? Siapa yang memprovokasi Direksi agar memilih nama saya? Tahu-tahu ketika saya sedang berada di luar kantor, ada telepon dari sekretaris Direktur Marketing, memberi tahu bahwa saya dicalonkan menjadi karyawan teladan, dan siap esok pagi jam 9 untuk mengikuti tes seleksi awal prakualifikasi tingkat Direktorat. Test ini telah menggugurkan dua orang, dari 10 yang diajukan.

Saya masih mencoba mencari criteria. Mosok gara-gara tak pernah telat sampai di kantor dan sering terlambat pulang dari kantor menjadi ukuran yang memadai? Saya hanya berusaha bekerja di ruang lingkup yang menjadi tanggung jawab saya, bergaul dangan semua bagian, tidak membangkang kecuali untuk urusan sastra (haha), menjadikan perjalanan dinas sebagai tugas yang menggembirakan, bersedia makan di sisi kali Ciliwung (kami menyebutnya Warung Siska - Sisi Kali - mungkin Ita Siregar pernah membaca tulisan kolom gado-gado di Femina yang mengangkat judul: "Amigos atau Siska". Sementara Amigos maksudnya: Agak Minggir Got Sedikit) dengan dasi digulung bersama office boy dan sopir. Sering terus terang minta pencerahan kepada para senior... Prestasi, wah itu urusan atasan yang berhak menilai.

Test kompetisi antar lokasi (MT Haryono & 3S, Tambun I Motor, Tambun 2 Mobil, Cakung Komponen), terdiri dari 40 orang terpilih dari seluruh direktorat. Akan dipilih 3 peringkat dari masing-masing lokasi, jadi akan sejumlah 12 orang yang mendapatkan hadiah. Dan rupanya, kali ini merupakan sejarah, karena baru pertama kali wakil dari MT Haryono (saya) menjadi juara lokasi (mengalahkan semua Cabang Suzuki, Direktorat Service, dan Direktorat Spare Part). Hal itu sebenarnya menunjukkan, betapa cueknya orang-orang kantor pusat dengan urusan kompetisi seperti ini. Abai terhadap buku Kesepakatan Kerja Bersama yang berisi hak dan kewajiban karyawan. Jadi, ketika hasil kompetisi tingkat lokasi diumumkan, dewan juri pun merasa surprise.

Tapi, saat kompetisi final antar-juara pertama lokasi berlangsung, kompetitor dari Tambun itu memang bukan tandingan saya. Jadi saya harus ikhlas melepaskan bonus (di luar hadiah resmi) dari Pak Soebronto Laras berupa tiket naik haji.

Salah seorang Panitia Seleki Karyawan Teladan, jam 10, memanggil saya untuk bicara empat mata. Bukan karena alangkah rahasianya pembicaraan, melainkan karena tak ada lagi yang akan diajak bicara kecuali saya di MT Haryono. Pertama dia mengucapkan selamat, dia mengakui tahun ini mengejutkan. Kedua, peringkat pertama akan dilepas untuk kompetisi tingkat Kabupaten Bekasi (karena basis Suzuki di Tambun, alamat pabrik), melawan para juara dari perusahaan lain. Untuk tahun ini, kemungkinan saya dicalonkan untuk kompetisi di wilayah Kotamadya (karena kantor pusat berada di MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur). Saya agak terbelalak: jadi masih harus belajar? Terus terang saya sampaikan, kalau ini mewakili perusahaan, saya minta ditraining oleh para pakar Hubungan Industrial dan teman-teman di Serikat Pekerja.

Itulah sekilas cerita tentang proses dan pengalaman menjadi sang kandidat. Semua motto, prinsip, dan visi-misi perusahaan, harus melekat di kepala. Sementara pekerjaan tetap berlangsung seperti biasa. Jadi, cukup melelahkan juga. Untunglah ada banyak power tak terlihat yang dating dari semua sahabat. Terima kasih.

Kurnia Effendi