Thursday, June 21, 2007

Pelukis dan Cerpenis dalam Satu Wadah

Dari Pameran Ilustrasi Cerpen Kompas:

PAMERAN ilustrasi cerpen-cerpen Kompas sepanjang tahun 2006 kini dipamerkan kembali di Bentara Budaya. Dibuka Selasa malam, 12 Juni, akan berakhir tanggal 20 Juni. Pameran ini menjadi semacam tradisi tahunan sejak 2003. Dalam pengantar pameran tahun ini, Bre Redana selaku Kepala Desk Non Berita harian Kompas, mengatakan bahwa gagasan memamerkan ilustrasi cerpen Kompas dimulai sejak pekerjaan ilustrasi ditawarkan kepada perupa di luar Kompas.

Pada tahun 2002, keinginan untuk mengajak para perupa di luar Kompas dilontarkan, pertanyaan tak hanya muncul dari pihak luar, namun juga dari kalangan dalam. Keraguan itu cukup masuk akal, mengingat koran yang bersifat industrial, rutin dan tepat waktu, jauh berbeda dengan kebiasaan seniman (perupa) yang umumnya tergantung pada mood. Siapa yanga bakal dirugikan nanti? Tapi, kembali menurut Bre, jika langkah tak diayunkan, gagasan tak akan bergerak menjadi kenyataan. Kini, setelah berlangsung selama lima tahun, muncul dua pendapat. Pertama berkomentar bahwa mutu karya merosot karena (mungkin) perupa dari luar sulit dikontrol. Sementara pendapat lain mengemukakan bahwa beberapa karya yang menonjol justru lahir dari tangan perupa yang belum terkenal.

Masukan itu tentu akan bermanfaat bagi pengelola halaman budaya Kompas. Disadari, terdokumentasinya karya-karya para perupa Indonesia itu “menciptakan“ galeri (meskipun seluruh karya tetap milik pelukisnya) tersendiri. Selain itu, dari sudut pandang pengamat, tentu ini menjadi bentuk kolaborasi yang positif antara redaktur, cerpenis, dan pelukis. Mereka, antara cerpen dan lukisan memperoleh kesempatan tampil bersama.

Melihat pameran ilustrasi cerpen Kompas, memang sedikit di luar dugaan. Ternyata sejumlah karya di antara 50 yang terpampang, dibuat dalam format lukisan besar. Bahkan satu di antaranya merupakan karya instalasi (3 dimensi). Perupa yang mendapat kesempatan lebih dari sekali dalam setahun adalah Polenk Rediasa (3) dan Danarto (2). Khusus Danarto, ia memang selalu menggunakan ilustrasi sendiri untuk karya cerpennya.

Para perupa langganan yang juga terkenal, antara lain Wiediantoro, Arahmaiani, Tisna Sanjaya, Ipong Purnamasidi, Diyanto, Irawan Karseno, AS Kurnia, Isa Perkasa, Yuswantoro Adi, dan Marintan Sirait, diundang kembali untuk mengisi ilustrasi cerpen Kompas 2006. Memang ada karya yang sungguh serius di samping terdapat beberapa yang (barangkali karena dikejar deadline) dibuat “cepat“, mengandalkan jam terbang dan keterampilan teknis. Polenk Rediasa, Ivan Hariyanto, Haris Purnomo, AS Kurnia, Wiediantoro, Sari Asih, dan Joni Ramlan, adalah beberapa yang menampilkan karya dengan baik dan terasa sungguh-sungguh. Sementara Marintan, Irawan Karseno, dan Tisna selalu tampak ekspresif.

(Kurnia Effendi)