Tuesday, May 22, 2007

Aurelia Tiara, Kuntum Penyair di Taman Sastra

Nama lengkapnya Aurelia Tiara Widjanarko. Dia adalah keponakan dari Ingrid Widjanarko. Tapi bukan karena itu, Tiara pantas mendapat perhatian. Tante Inge, begitu Tiara memanggil akrab sang bibi tercinta, justru salut dengan buah karya puisi yang telah dibukukannya itu.

Lahir tanggal 18 Juni 1983, di Jakarta. Menempuh pendidikan formal sejak SD hingga SMU di Tarakanita. Gelar sarjana FISIP diraih dari Universitas Pelita Harapan dengan predikat cum laude, hanya dalam 3 tahun! Kini Tiara telah usai dengan S2-nya di Prasetya Mulya Business School. Menulis adalah kegemarannya, terutama puisi, meski tidak tampak bertebaran di media massa, telah terkumpul lebih seribu jumlahnya.

Bagaimana proses kreatifnya berlangsung? Si cantik mungil nan anggun ini ternyata lebih merasa produktif ketika berada pada suasana sangat bahagia atau justru ketika dilanda kesedihan. Pada dua titik ekstrem itu imajinasi dan penanya begitu lincah bekerja. Puisi-puisi yang dilahirkannya, meski berawal dari pergolakan personal (perasaan yang sangat pribadi) namun ketika kita baca seolah menjadi pengalaman sejumlah orang. Dengan demikian Tiara telah mencapai nilai puisi yang universal.

Buku perdananya bertajuk Sub Rosa. Di luar makna kata benda, frasa itu berarti sebuah pembicaraan tidak terbuka bagi umum yang ditandai dengan bunga mawar tergantung di pintu ruang pertemuan. Sejumlah diksi yang dipilih dalam puisi-puisi cintanya terasa orisinal. Bukunya pun tampil dengan estetika yang anggun, dihiasi fotografi bermain gelap-terang cahaya. “Sejak awal, termasuk kenapa saya memilih kata-kata dari Bahasa Latin, karena ingin berbeda.”

Itulah sebuah proses. Tiada jejak pengaruh penulis pendahulunya, Tiara begitu jujur mencurahkan isi hati dalam bentuk baris dan bait. Tapi, Tiara bukanlah tipe seorang pelamun, jika dilihat dari kegiatan yang digelutinya. Semuda itu ia telah jadi dosen di almamaternya, di samping bekerja sebagai managing editor majalah Device. Tiara juga masih aktif bergabung dalam Ikatan Abang None Selatan (IKANS).

Harapan Joko Pinurbo, penyair yang dikaguminya, mudah-mudahan pada buku berikutnya, Tiara tetap memperlihatkan jati dirinya. Jangan layu sebelum mekar seperti kebanyakan para perempuan penyair lainnya. Dengan lesung pipitnya yang terbentuk setiap kali tersenyum, Tiara bagai mematri motivasi dan dukungan spirit itu dalam binary matanya. Inilah Aurelia Tiara Widjanarko, kuntum penyair di taman sastra.

(Kurnia Effendi)