Wednesday, July 25, 2007

Kuncup Salihara dari Taman Utan Kayu

Dua tahun silam sudah terbicarakan mengenai rencana pengembangan Komunitas  Utan Kayu (KUK) di kawasan Pasar Minggu. Banyak keterbatasan secara fisik, terutama parkir, ruang pertunjukan, dan wisma untuk seniman, yang menyebabkan para pendiri serta penggiat KUK, Goenawan Mohamad dan kawan-kawan, mencari alternatif. Berdasarkan survei yang pernah dilakukan oleh Gedung Kesenian Jakarta, sumber penggemar kesenian banyak datang dari wilayah selatan, maka hal itu menjadi salah satu pertimbangan juga dengan pemilihan lokasi di Jalan Salihara 16, Jakarta Selatan.

Sabtu siang, 14 Juli yang lalu, peletakan batu pertama dilakukan oleh Bang Ali Sadikin, mantan Gubernur DKI Jaya yang cukup legendaris. Komunitas Salihara yang memiliki luas bangunan 2000 meter akan berdiri di atas lahan 3000 meter. Jalan menuju ke sana sebenarnya cukup sempit, padat oleh hunian, tapi daerah itu relatif dekat dengan sejumlah perguruan tinggi, terutama Universitas Nasional dan mudah ditempuh dari outer ring road Simatupang. Marco Kusuma Wijaya sebagai arsitek menjelaskan kepada hadirin sesudah seremonial mengenai fungsi-fungsi dari tiap gubahan massa yang dirancangnya secara komprehensif.

Sebuah gedung oval disediakan untuk pertunjukan dan pameran. Bentuk ruang tanpa sudut itu bermaksud mencerminkan falsafah kebebasan tanpa ujung pangkal, juga untuk mengakomodasi kegiatan yang tidak terkait dengan batasan matra. Hasif Amini selaku kurator mengatakan, bahwa Komunitas Utan Kayu tetap dipertahankan dengan sedikit perubahan fungsi. Di sana lebih dimanfaatkan untuk wahana latihan seni dan pameran yang tidak memerlukan ruang besar.

Melihat kemajuan yang telah ditempuh oleh Komunitas Utan Kayu ini, memang banyak mengundang rasa iri di kalangan komunitas yang lain. Banyak benturan dan kritik yang bersifat menyerang, karena dianggap ada unsur arogansi dan eksklusivisme dari kalangan KUK sehingga tidak mengakomodasi seluruh strata seni di kalangan masyarakat luas. Namun demikian, melihat reputasi baik nasional maupun internasional dan pengabdiannya terhadap perkembangan seni budaya (baik modern maupun tradisional), yang diperlukan adalah kegiatan tandingan yang sama-sama mengusung kualitas karya. Serangan yang bersifat provokasi justru memperkuat eksistensi mereka sebagai kubu budaya dengan pemikiran yang universal.

Diperkirakan satu tahun ke depan sejak agustus 2007, fasilitas fisik Komunitas Salihara akan dibangun dan diselesaikan. Di sana akan ada ruang pameran dan panggung besar, ruang diskusi, kafe, ruang teater terbuka, wisma seniman, kantor, dan taman-taman yang diletakkan di tengah-tengah kompleks. Hadir dalam acara syukuran antara lain: Danarto, Laksmi Pamuncak, Sri Malela, Martin Aleida, Anya Rompas, Jajang Pamoentjak, dan para relasi KUK.

(Kurnia Effendi)

 

   

 

0 Comments:

Post a Comment

<< Home