Pekan Presiden Penyair
Sutardji Calzoum Bachri, Mata Kiri Sastra Indonesia
MEMPERINGATI ulang tahun penyair besar Sutardji Calzoum Bachri (SCB) yang ke-66, Yayasan Panggung Melayu memprakarsai dan melaksanakan sebuah kegiatan sepanjang 6 hari. Sejak 14 sampai dengan 19 Juli 2007, setidaknya ada 6 mata acara yang seluruhnya terfokus pada profil dan karya SCB. Selama tiga hari pertama berlangsung lomba baca puisi internasional puisi karya sutardji di Taman Ismail Marzuki, diikuti oleh sekitar 400 orang. Di lobi Teater Kecil dan Graha Bhakti Budaya dipamerkan sejumlah foto perjalanan karier Sutardji sejak mahasiswa, termasuk album perihal keluarga dan tanah kelahirannya. Juga acara dialog (talk show) yang melibatkan para pelajar peminat sastra.
Dua malam berturut-turut (17-18 Juli) berlangsung panggung apresiasi Presiden Penyair yang diisi dengan pembacaan puisi karya SCB oleh para penyair Indonesia, antara lain Jose Rizal Manua, Santinet, Chavchay Syaifullah, Slamet Sukirnanto, Brthold Brecht, Wowok Hesti Prabowo, Dimas Arika Miharja, Hudan Hidayat, Slamet Widodo, Diah Hadaning,
Pada acara seminar internasional 19 Juli di Galeri Cipta TIM, digelar 4 sesi dengan pembicara yang beragam. Masing-masing sesi mengantarkan satu tema pembahasan yang saling terkait. Bertindak sebagai pembicara, antara lain: Harry Aveling (Australia), Maman Mahayana, Dato’ Ahmad Kamal Abdullah Kemala (Malaysia), Donny Gahral Adian, Abdul Hadi WM, Muhammad Zafar Iqbal (Iran), Taufik Ikram Jamil, Suratman Sukarsan (Singapura), Maria Emelia Irmler (Portugal), Suminto A. Sayuti, dll. Dari makalah yang mereka sampaikan (dibukukan dengan tajuk Raja Mantra Presiden Penyair), menegaskan bahwa Sutardji Calzoum Bachri adalah penyair besar yang memiliki karakter karya yang unik, bahkan disebut-sebut melampaui Chairil Anwar (sebagai inspirator) dalam pencapaian estetik.
Sebenarnya anggapan itu tidak berlebihan, mengingat SCB masih mungkin terus berkarya, sementara Chairil sudah tinggal menjadi legenda. Puisi-puisi Sutardji berjalan sendiri meninggalkan para penyair sezaman, berkarya selama 10-15 tahun, oleh Harry aveling dianggap bukan sebagai pembaharu, karena tidak ada pengikutnya. Setiap penyair yang berusaha “meniru” gaya Sutardji tentun akan langung dicap sok Sutardji. Itu sebabnya karakter puisi yang mencoba melepaskan kata-kata dari beban makna yang dikandungnya justru telah memosisikan Sutardji dalam keunikan sastrawan.
Predikat Presiden Penyair yang konon dilontarkan oleh Abdul Hadi WM, melekat hingga kini. Menurut Kemala, sosok kepenyairan Sutardji ”ditemukan ” oleh Popo Iskandar dan dikampanyekan oleh Slamet Sukirnanto. Dua orang yang masing-masing berasal dari Jawa Barat dan Jawa Tengah telah menyepuh Sang Melayu itu menjadi penyair mantra.
Dilahirkan di Rengat, Riau, 24 Juni 1941, SCB kecil tumbuh dengan kenakalan yang mencerminkan kreativitas. Dalam film dokumenter sepanjang hampir 20 menit, sejumlah kesan dari kerabat nmaupun sahabatnya, menunjukkan bahwa Sutardji bukan orang yang penurut. Kuliah di Universitas Padjajaran mengambil studi Ilmu Politik, namun justru lebih memilih sastra sebagai bentuk ekspresi kreatifnya. Pada tahun 1974, ia menda
Perjalanan kepenyairannya pernah dihiasi dengan kebiasaan minum bir sebelum naik panggung. Gaya pembacaan yang sangat ekspresif membawa namanya naik daun. Namun, sebagaiman sebuah lintasan pencarian, akhirnya ia bagai menemukan dirinya lahir kembali dengan puisi Idul Fitri. Sejak itu ia kembali khusyuk dengan keislamannya, sebuah perubahan yang tampaknya membangun citra kearifan seorang penyair dengan nuansa sufistik pada sajak-sajaknya. Banyak undangan dari luar negeri dalam rangka pentas atau diksusi sastra, antara lain Irak, Malaysia, Brunei, Belanda, Columbia, dan lain-lain.
Sebagai sastrawan ia sem
Meskipun pekan Presiden Penyair ini berlangsung di Taman Ismail Marzuki, penyelenggaranya bukanlah lembaga besar yang berkedudukan di TIM. Yayasan Panggung Melayu yang saat ini diketuai oleh Asrizal Nur. Terdengar sebagai nama baru dalam dunia sastrawan, namun acara yang dibuatnya ini cukup bergema. Panitia besar yang terdiri dari kaum muda dan para akademisi seperti Maman Mahayana dan Amin Wangsitalaja, perhelatan ini
Selamat ulang tahun untuk Bang Tardji. Kalau mata kanan sastra Indonesia adalah Chairil Anwar, Sutardji Calzoum Bachri adalah mata kiri (menurut Dami N. Toda). Namun Asrizal Nur dan Maman Mahayana sepakat menilai, Sutardji lebih besar dibanding Chairil Anwar. Penda
(Kurnia Effendi)
1 Comments:
christian louboutin shoes
canada goose
rolex watches
adidas trainers
sac longchamp
true religion jeans
coach outlet online
giuseppe zanotti
gucci outlet
mont blanc ballpoint pen
201612.24wengdongdong
Post a Comment
<< Home