Thursday, July 12, 2007

PERCAKAPAN INTERIOR

Kurnia Effendi:

-Ruang Tamu

Masih berdesir harum itu, menetap di serat katun sofa

Tempat dudukmu – bokong yang kuremas itu – sebelum jatuh senja

Seperti yang sudah-sudah, kautinggalkan jejak lain:

Sidik bibir pada lengkung cangkir, sebelum ciuman terakhir

 

-Credenza

Sebuah pigura mencegah sepasang pengantin memisah diri

Ada kekuatan cincin yang mulai menghapus tanggal perkawinan

Ia ingin lolos dari jari-jari waktu, seiring cinta yang menemukan titik beku

Di mana jalinan rindu itu membentuk tapestry? Terasa nyeri

Ketika seluruh laci tak hendak terbuka lagi

Menyembunyikan semua janji: karat pada batang-batang hari

 

-Mezanin

Dari balkon itu engkau menatapku dengan mata sayu

Batapa ringkih bangunan cinta kita, gagal menjadi sebuah lagu

Semalaman kita mengubah warna ranjang menjadi biru

Tapi berulangkali runtuh serupa debu, meyerpih abu

 

Dari balkon itu engkau mengatakan ingin terbang

Membawa seluruh kenangan kita jauh melayang

Sayup kudengarbulan separuh bayangmemenuhi ruang

Mengapa pelukan yang kutawarkan seperti buah terlarang?

 

-Patio

Selalu kuingat pertengkaran manis itu:

Berebut meletakkan “Song of India” di sekitar kolam

Fontein yang mencatat percakapan melalui semburan air

Telah membasuh semua tulisan

 

Aku kehilangan kerlip cahaya langit yang luruh dari pergola

Kukira itu semata cintamu yang terpantul melalui gemintang

Bentuk yang sulit dipercaya, mungkin sirna ribuan tahun lalu

Melenyapkan semua tulisan

 

-Pedestrian

Membujur ke utara seperti arah langkahmu

Angin tak singgah lagi tanpa suaramu

 

Membentang sunyi lantai marmar sisa kepundan

Alangkah janggal jika padamu kuingatkan alamat rumah

Menjulang sepi tiang-tiang korintian

Harapan itu tinggal sejumlah remah

 

-Pantry

Aroma yang tak kulupa: uap dari hangat pasta

Sepucuk garpu untuk berdua

Saling mencoret cerita pada cerah pagi

Dengan atau tanpa burung bernyanyi

 

Nuansa yang tak lenyap dari ingatan:

Jambon pipimu setara kulit telur ayam kinantan

Pecahkan di gelas bening selingkar cendawan kuning

“Ini pengganti benih yang kuhirup semalam suntuk,” katamu

 

-Kamar Tidur

Dari seprai yang kusut terdapat jejak amuk

Mimpi banjir bandang menggenangi seluruh ceruk

Kekasih, malam ini kan kucari kota misteri pada peta tubuhmu

Kuingat letaknya dekat pusar dan kerap membuatku tersipu

Derai panjang anak badai mencari lepas pantai

Aku senantiasa menjadi buta oleh rambutmu yang tergerai

Pacu jantung kita mewakili detak waktu

Seperti langkah gegas seribu pemburu

 

-Shower

Hapus seluruh bekas tubuhku dari tubuhmu, demikian pula bekas tubuhmu pada tubuhku. Biarkan tumbuh rambut baru dari yang tercerabut, biarkan sisik kulitmu dan kulitku mengelupas setelah terbakar api asmara. Larutkan tiap titik keringat ke labirin sanitasi, dan hirup air yang mekar pada pori-pori. Semerbak nafasmu menghidupiku, desakan gelombang tenagaku menghidupimu. Kita menggigil sepanjang upacara bugil. Dan puisi bertaburan laksana serbuk benangsari ke ranah putik, detik demi detik.

 

-Vitrage

Tembus pandangku pada kelopak jantungmu

Luka itu – tak pernah kumengerti muasalnya

Tembus pandangmu pada ruang jantungku

Siapa lagi tinggal di sana, siapa lagi?

 

Jakarta, 2006

Keterangan:

-“Bulan Separuh Bayang” adalah judul lagu Leo Kristi pada album “Nyanyian Tambur Jalan, Komedi Badut Pasar Malam” tahun 1980.

-“Song of India” adalah nama jenis tanaman untuk taman / lanskap

 

 

 

0 Comments:

Post a Comment

<< Home