Tuesday, July 31, 2007

Surel untuk Helena Rea

Helen,

Lupakan kabar buruk tentang surelmu yang lenyap entah nyangkut di mana. Toh dirimu bisa kembali menulis panjang di sini. Baca cerita panjangmu seperti sedang berlari kecil di jalan setapak menuju ke pedalaman tempat para GAM (Gerakan Atjeh Merdeka) tinggal. Dag-dig-dug mencari akhir yang aman dan nyaman dari intaian para intel. Ah, apakah itu masih ada? Orang-orang Atjeh yang dulu pernah bertahun-tahun kehilangan malam akibat DOM (Daerah Operasi Militer), kini, menurut pengakuan teman-teman Lapena, telah mendapatkan suasana itu kembali.

Sudah terbayang bahwa pekerjaanmu sesungguhnya menyenangkan. Kita bisa melihat hal-hal baru, berkenalan dengan orang-orang yang punya pengalaman unik, tahu perangai mereka di pedalaman. Biasanya,

ketika kita melihat dari dekat daerah yang semula hanya terdengar melalui cerita orang, akan memberikan kesan yang berbeda. Mendalam dan mungkin mengubah cara pandang kita terhadap orang yang selama ini dibicarakan dengan santer di luar sana.

Sejumlah pengalaman itu sungguh menarik jika ditulis dalam feature perjalanan, apalagi bila dilengkapi dengan foto-foto jurnalistik. Seperti buku Dessy Anwar, mantan penyiar berita dan wawancara RCTI yang mengumpulkan semua catatan perjalanannya dengan foto-foto indah. Foto yang dia buat tidak semata untuk kebutuhan berita namun justru banyak hal unik ditampilkan. Lalu di setiap negara yang disinggahi ia meluangkan waktu untuk membeli kartu pos dan mengirimkannya ke tanah air sehingga ia memperoleh stempel resmi pos setempat dengan tanggal yang dokumentatif.

Andai aku punya kesempatan seperti itu pasti akan luar biasa senangnya. Sekarang saja, ketika perjalanan dinas ke luar kota dan keluar pulau saya dapatkan, selalu kucuri waktu untuk dapat berjumpa dengan para sahabat di kota yang kukunjungi. Mereka biasanya budayawan setempat, para sastrawan, pelukis, seniman musik, pegiat teater, dan redaktur koran lokal. Jauh sebelum melakukan perjalanan, sengaja saya cari informasi tentang orang-orang yang perlu saya kenal dan sambangi. Lalu kutelepon mereka agar dapat menyiapkan waktu untuk bertemu.

Oleh karena itu, ketika aku ke Denpasar, misalnya, aku akan bersilaturahmi dengan Warih Wisatsana, Tan Lioe Ie, Oka Rusmini, Wayan Sunarta, Pranita Dewi, Putu Vivi Lestari, Arief Bagus Prasetyo. Kadang-kadang teman-teman itu mengajakku ke Taman Budaya, menonton acara yang sedang berlangsung di sana. Misalnya pameran lukisan atau pertunjukan teater. Di sana, dulu, saya berkenalan dengan Gun-Gun, karikaturis yang memperoleh rekor MURI lantaran buku karikaturnya dinobatkan sebagai yang terbesar dan tertebal. Lantas, ketika jalan-jalan menyusuri wilayah pusat kesenian yang senyi karena malam telah larut, Warih membaca puisi yang dihapalnya di luar kepala. Atau pada malam yang lain, aku diajaknya ke toko buku yang terpencil di sebuah desa. Namanya Rumah Cengkilung, sesuai dengan nama desa tempat toko dan rumah baca itu terletak. Di sanalah saat itu, Wayan Jengki bertugas sebagai pengelola menggantikan Putu Vivi Lestari.

Saat aku dinas ke Lampung, sebelum berangkat aku sudah   menghubungi Isbedy Setiawan (penyair), Oyos Saroso (wartawan Jakarta Post). Ternyata aku bisa ketemu dengan yang lain-lain karena mereka mengajak teman lain. Meskipun kadang-kadang ada juga yang luput karena mereka ada acara dengan keluarga, seperti yang terjadi pada Lupita Lukman dan Inggit Putria Marga.

Kini setiap kali aku hendak jalan ke luar kota, kusiapkan beberapa eksemplar Parle. Ketika saya dinas ke Padang, kubawakan Parle buat penyair Gus tf dan Yusrizal Kawe. Atau waktu ke Atjeh bersama Unesco, sengaja kubawa Parle buat Radio Nikoya, Azhari, dan kebetulan saat itu ada teman-teman Jakarta yang juga berada di sana: Nirwan Ahmad Arsuka dan Hasif Amini. Lalu di hari lain aku bersantai dengan Reza Idria di Ulee Kareng. Bahkan pernah diminta ngariung di sekretariat Lapena.

Nah, Helen, jika ingin belajar menulis dan berkumpul dengan para penulis, selain dengan Azhari, bisa juga masuk ke Lapena. Di sana kan ada Sulaiman Tripa yang sangat produktif itu. Tripa ini pernah diminta setiap hari untuk menulis kolom di suratkabar lokal. Wah, pasti sangat menguras energi dan pikiran.

Soal bossmu itu, barangkali dia kesepian juga di Atjeh. Ia merasa jenuh dengan tugas-tugas yang mendera tiap hari sehingga perlu teman ngobrol saat week end. Sepanjang ia menjadi teman ngobrol yang asyik, tak ada masalah menemaninya kan? Asalkan ada teman-teman lain pula yang bareng dengan kalian jadi ramai. Tapi jika Helen ingin bebas pada saat libur, bilang saja terus terang, misalnya ingin baca buku yang sengaja dibeli di Jakarta. Atau ingin masak di rumah karena selama ini makannya selalu beli. Pokoknya belajar asertif lah.

Helen di Atjeh tinggal sama siapa? Ada saudara atau tinggal di mess, semacam wisma yang disediakan kantor? Bila banyak kenalan dengan orang-orang palang merah dari negara lain, buatlah acara pada hari Sabtu dan Minggu, sehingga punya alasan untuk menghindar dari ajakan boss. Oya, boss-mu itu laki-laki atau perempuan?

Helen suka bikin puisi? Tulis dong puisi-puisi yang mengambil inspirasi dari perjalanan dan kegiatan sehari-harimu itu. Kirim padaku, aku ingin membacanya.

Untuk feature Life Style di Parle, coba saja ditulis dari sekarang. Biar dapat kulihat dulu, siapa tahu perlu polesan di sana-sini. Dengan persiapan itu, kelak kami tak lagi khawatir kehabisan stok. Selain Helen, tentu ada juga teman-teman lain yang menulis. Misalnya Anya Rompas (pendiri Komunitas BungaMatahari), Endah Sulwesi (penulis book review), Aurelia Tiara (penyair dan dosen komunikasi), Adeke Dini Fahranza (finalis Putri Indonesia 2006), Nova Riyanti Yusuf (dokter jiwa dan dosen psikologi), Liza Marielly (psikolog), Dessy Sekar Astina (Forum Indonesia Membaca), dan Uci Sumarmo (perancang busana dari Red Communication). Masing-masing berangkat dari latar belakang yang berbeda. Tentu akan sangat bervariasi dan setiap tulisan bakal menampakkan keindahan.

Oke, nanti kita sambung lagi perbincangan kita. Pokoknya kalau Helen jenuh dan sedang merasa bosan dengan pekerjaan rutin, menulislah. Kirimlah email-email panjang padaku.

Oke, cantik? Salam kangen

Kurnia Effendi

 

 

 

 

0 Comments:

Post a Comment

<< Home