Friday, September 28, 2007

Obituari Yatim Kelana

Berduka cita secara mendalam atas meninggalnya teman sejawat, senior, dan sahabat: Yatim Kelana. Beliau saya kenal ketika dan selama bersama-sama menjadi redaksi di tabloid mingguan Parle. Tak banyak yang kami bicarakan saat berjumpa kecuali bertukar sapa sekitar hal yang sederhana dan acap saling menanyakan dua sahabat generasi beliau yang juga menjadi senior saya dalam dunia kesusastraan: Adri Darmaji Woko dan Dharmadi. Keduanya merupakan penyair yang hingga kini masih aktif menulis puisi (Dharmadi) dan menjadi jurnalis di majalah Kartika (Adri).

Berita tentang meninggalnya Pak Yatim Kelana saya dengar melalui telepon dari  Syafruddin Azhar dari kantor Parle pada hari Kamis 27 September 2007. Awalnya dengan kabar yang masih simpang-siur mengenai penyebabnya, namun dipastikan Pak Yatim meninggal di luar rumah. Baru agak jelas ketika saya tanyakan ulang pada malam harinya, menjelang Syafruddin Azhar bersama rombongan redaksi Parle berangkat melayat ke tempat persemayaman, di rumahnya, di Depok. Saya titip salam untuk keluarganya, tak turut serta ke Depok, karena sedang terserang flu.

Hari ini, Jumat 28 September 2007, setelah salat Jumat, jenazah Pak Yatim dimakamkan. Mas Dharmadi memberitahu melalui SMS, dan saya kirimkan Alfatihah untuk perjalanan almarhum pulang ke rumah abadi. Semoga diterima Allah SWT seluruh amal ibadahnya selama hidup di dunia, dan diampuni semua dosa-dosanya. Semoga keluarga yang ditinggalkan tetap tabah.

Yatim Kelana adalah nama pena dari Indro Sudaryo, kalau tidak salah. Menjadi pengarang cerpen yang karyanya di masa lalu banyak dimuat media massa, juga dibukukan. Karier yang ditempuhnya hingga pensiun adalah wartawan harian Berita Yudha. Setelah itu sempat membantu media internal di BKKBN pada periode Pak Hayono Suyono. Darah jurnalis tak berhenti sampai kini, sampai napas terakhirnya, dengan tetap aktif menulis berita dan analisa untuk tabloid Parle.

Saya masih ingat wajahnya yang bahagia ketika bertemu dengan dua sahabatnya, Adri Darmaji Woko dan Dharmadi, di tengah hall Teater Kecil, saat Malam Festival Seni HUT kedua tabloid Parle, Minggu malam 2 September 2007 yang lalu. Serasa baru kemarin. Kini sudah berpisah. Alangkah lekas ”waktu” meretas kebersamaan kita.

Akhir kata: selamat jalan untuk Pak Yatim Kelana dan tidak perlu melaporkan setiap kejadian yang ditemui dalam silaturahmi sakralnya ini. Tugas kewartawanan telah selesai. Dan biarkan pengalaman di sana menjadi misteri bagi kami semua yang, cepat atau lambat, akan menjalaninya juga. Terima kasih untuk kenangan pertemanan kita. Maafkan apabila ada yang tak berkenan sepanjang kita sama-sama bekerja dan berkarya.

(Kurnia Effendi)