Wednesday, December 26, 2007

Escaeva Meluncurkan Turquoise

Escaeva adalah sebuah penerbit yang relatif baru. Namun lebih dari itu, di dalamnya terhimpun anggota milis EscaevaBookClub yang aktif dan selalu penuh semangat. Apa lagi yang mereka perbincangkan selain mengenai buku, kegemaran membaca, dan pengalaman menulis. Escaeva sendiri, sebagai penerbit yang rajin menjaring bibit-bibit baru dengan bakat mengarang yang cemerlang, telah beberapa kali mengadakan pelbagai kompetisi penulisan.

Salah satu lomba telah digulirkan dan “terjerat” karya-karya cerpen terbaik dari angkatan muda pengarang Indonesia. M. Badri dan Titon Rahmawan adalah dua orang yang sangat berbakat dan kerap memenangkan lomba. Mereka berdua juga pernah menjadi pemenang lomba cerpen yang diselenggarakan oleh Tabloid Parle dalam rangka ulang tahun yang kedua, September lalu.

Pada tanggal 15 Desember 2007, Penerbit Escaeva meluncurkan buku karya perdana Titon Rahmawan. Bertempat di Flo Lounge, Belagio, Grand Kuningan, novel Turquoise karya Titon Rahmawan dan kumpulan cerpen Tembang Bukit Kapur tak hanya diperkenalkan kepada pembaca, namun sekaligus didiskusikan. Seru? Tentu! Karena Escaeva mengundang semua anggota milis EscaevaBookClub dan Bukukita.com, sebagai ajang ”kopi darat” setelah biasanya hanya berkomunikasi secara maya di jalur internet. Total anggota mereka sebenarnya 15.000 orang, namun tak seluruhnya tinggal di Jakarta.

Acara dipandu oleh Mega Bunga, sedangkan moderator diskusi dipercayakan kepada Didik Wijaya. Acara tersebut menarik bagi peserta yang datang karena dimanfaatkan untuk membongkar proses kreatif dua pengarang yang menjadi primadona petang itu: Titon Rahmawan dan M. Badri.

Menurut cerita Indarwati Harsono, anggota milis dan pecinta sastra: ”Tujuan gathering itu tidak hanya untuk mengakrabkan sesama pecinta buku, namun juga memberikan berbagai informasi tentang dunia penulisan. Dalam acara itu ada talkshow interaktif dengan Titon Rahmawan dan M Badri. Mereka pemenang utama Ajang Kreasi Kumpulan Cerpen yang diselenggarakan penerbit Escaeva.”

Didik Wijaya, selaku Managing Editor penerbit Escaeva, memang bermaksud memanjakan anggota milis. Dengan sharing bersama penulis, diharapkan anggota dapat mengerti dan memahami bagaimana sebuah naskah diproses menjadi buku. Siapa tahu ada yang terinspirasi untuk menjadi pengarang juga.

M. Badri mengemukakan bahwa ide pembuatan cerpen ”Tembang Bukit Kapur” diawali dari perjalanannya ke Yogyakarta, tepatnya ke daerah tandus Gunung Kidul. ”Gagasan cerita bisa muncul dari mana saja,” ujar Badri. ”Tidak hanya dari perjalanan.”  

Berbeda dengan Titon Rahmawan, ia mengatakan bahwa Turquoise bermula dari imajinasinya yang liar. Latar tempat kisah Turquoise berada di kota antah berantah bernama Makarresh, yang ternyata hasil risetnya pada kota di Maroko. ”Tetapi, seliar apa pun imajinasi harus memiliki pijakan realita,” kata Titon. Lalu ia mengaku: ”Turquoise sebenarnya novel ketujuh yang saya tulis, namun baru novel ketujuh inilah yang berhasil saya terbitkan.”

Buku kumpulan cerpen Tembang Bukit Kapur berisi cerpen para pemenang lomba. Naskah yang masuk waktu itu ada 119 cerpen untuk melewati tahap penjurian. Beberapa nama yang berhasil menjadi pemenang antara lain: M. Badri (Pemenang Pertama, dengan cerpen ”Tembang Bukit Kapur”), Setiyo Bardono (Pemenang Kedua), Rama Safra’i Rachmat (Pemenang Ketiga), disusul Indarpati, Nursalam AR, dan Bunga. Di antara mereka juga aktif sebagai anggota milis Apresiasi-Sastra (Apsas).

(Kurnia Effendi/dari berbagai sumber)

 

 

 

 

0 Comments:

Post a Comment

<< Home