Buku Kecil Penjaga Hati

Jika kita singgah ke toko buku, lalu menghampiri salah satu sudut yang dikerumuni anak-anak, tampaklah pertanda mereka sedang menemukan dunia yang menyenangkan: buku cerita. Banyak sekali terbit buku cerita untuk anak-anak, baik dalam bentuk komik (cerita bergambar) maupun prosa dengan ilustrasi di beberapa halaman dalamnya. Kisah yang disampaikan juga bermacam-macam, mulai dongeng tentang binatang (fabel), cerita realis masa kini, manusia super, dan fantasi yang lain. Di antara tumpukan itu pun terdapat buku-buku dengan sampul keras (hardcover) yang menyajikan ilmu pengetahuan alam dan seri bencana yang perlu dikenali sejak usia kanak-kanak. Contoh yang paling up to date adalah tentang tsunami.

Tidak kalah marak, dari kubu penerbit islami, banyak juga yang menggarap lini bacaan abak-anak. Salah satu penerbit besar yang cukup produktif adalah Mizan Group. Sejumlah bacaan yang mencoba mengisi benak anak-anak dengan kisah seri teladan, baik yang secara eksplisit menunjukkan contoh dari para nabi, maupun dengan menyampaikan kegiatan sehari-hari, termasuk petualangan yang seru.

Dari sisi ini, Sitok Srengenge, pemilik penerbit KataKita mencoba membidik segmentasi anak-anak. Usulan untuk memberikan hikmah doa yang terbungkus cerita diterima dengan cerkas oleh Wikan Satriati. Maka terbitlah buku Gadis Kecil Penjaga Bintang (GKPB), sebuah buku tamsil tentang doa. Sasaran yang dituju memang anak-anak, namun demikian, setelah kita (para orang tua) membaca, dapat pula menikmatinya.

GKPB adalah buku kedua Wikan Satriati. Sebelumnya, Melangkah dengan Bismillah (MDB)—juga diterbitkan KataKita—betul-betul merujuk pada ungkapan doa yang sudah sangat populer secara umum. Dalam buku MDB, selain bismillah, cerita-cerita yang lain bersumbu pada alhamdulillah, assalamu’alaikum, subhanallah, lailahailallah, dan astaghfirullah.

Wikan Satriati bukan sekadar menulis cerita, melainkan menulis cerita dengan bahasa sastra. Jangan dulu “cemas” dengan kata “sastra” yang mungkin merujuk pada tingkat kesulitan memahami. Justru di sinilah kekuatan Wikan, menyampaikan makna kisah dengan ungkapan yang baik dan benar tanpa kehilangan pengertian.

Buku ini merupakan kumpulan cerita pendek. Setiap cerita diawali dengan kutipan tafsir ayat dari Al Quran. Tujuannya untuk mengikat tema dan mendudukkan cerita pada fokus yang dituju. Dengan menyimak dan menghayati setiap kalimat yang mengalir bagai susunan prosa lirik, anak-anak sekaligus belajar dua hal: hikmah dan kesantunan berbahasa. Bukan hendak mengecilkan arti bahasa pergaulan dalam banyak komik masa kini, terlebih yang bersifat seloroh atau jenaka, tetapi seorang anak “wajib” menimba pelajaran tentang keanggunan bahasa Indonesia di sisi yang lain.

Berisi (hanya) tujuh kuntum cerita yang semuanya tidak terlampau panjang, buku ini dapat habis sekali baca dalam setengah jam. Namun uniknya, kita terhindar dari rasa bosan untuk mengulangnya beberapa kali pada kesempatan yang lain. Mungkin, salah satu syarat buku untuk konsumsi anak-anak adalah tetap nikmat dibaca kapan pun dan berapa kali saja; yang membuat kelompok Disney tak pernah hilang dari permukaan Bumi.

Jika—seperti yang pernah saya sampaikan pada buku pertama—ada istilah yang dieja pun sulit, itu  semata karena Wikan ingin menyampaikan nama dan fakta yang benar tentang jenis binatang atau gejala alam. Bagaimanapun seorang anak yang ingin tumbuh, belajar pula mengenai biologi dan ilmu fisika di sekolahnya. Saya justru teringat dan kembali merindukan buku-buku tentang alam semesta yang pernah diterbitkan oleh Pustaka Life, yang melibatkan para sastrawan dalam penerjemahannya.

Mari kita lihat beberapa contoh kecantikan ungkapan Wikan untuk memperkaya makna cerita. Dalam kisah “Kristal Bintang Jingga”, Wikan hendak menceritakan proses pendek musim panas yang terjadi di semenanjung kutub. Secara tidak langsung, anak-anak akan mengenal igloo, jenis penguin Isabelline dan Emperor, gletser, nama burung mulai dari fulmar sampai albatros.

Tentu saja tokoh utamanya adalah penguin, bernama Ping Ping. Dalam kisah itu, Ping Ping belajar tentang indahnya berbagi dan menemukan sosok para ayah yang hebat, tanpa ada kesan menggurui. Sebuah lirik lagu yang dinyanyikan oleh peri dalam pesta musim panas (yang sebentar) selalu menyadarkan Ping Ping untuk bersyukur atas keterbatasan alamnya.

…kau tidak akan pernah punya terlalu banyak matahari. Kau bisa tertidur dan bangun merayakan matahari, dan matahari bisa membuatmu hangat ketika kau sedih…

 

Dalam contoh lain, Wikan memberikan semangat bagi anak mermaid yang terpangkas rambutnya oleh belitan bunga karang di dasar laut. Aisha namanya, bersedih karena pada hari kunjungan Bibi Nymph yang hanya setahun sekali, akan tampak aneh dengan rambut pendeknya. Namun Bibi Nymph ternyata sangat bijaksana dan dengan merapikan rambut pendek Aisha, muncullah model baru yang kemudian ditiru para mermaid lain.

Doa Bibi Nymph, tentu saja, dipetik dari ayat Al Quran. Allahumma kamaa hassanta khalqi fa hassin khuluqi, yang artinya: “Tuhan, sebaimana telah Kaubaguskan rupaku, baguskan pula budi pekertiku.”

Contoh berikut adalah bagian penutup buku. Cerita sangat pendek berjudul “Perjalanan Doa”. Ketika seorang gadis kecil meminta kepada ibunya untuk bercerita tentang doa, diajaknya putrinya itu ke tepi pantai. Mereka memandang sebuah perahu yang sedang berlayar menjauh ke tengah laut. Mari kita cermati percakapan mereka:

“Perhatikan perahu itu,” kata Bunda.

Gadis kecil menatap perahu yang bergerak menjauh semakin kecil, kemudian perlahan seperti tenggelam di kaki langit.

“Perahu itu lenyap,” kata gadis kecil.

“Apakah kau percaya, jika Bunda katakan perahu itu tidak lenyap, tapi akan tiba di suatu tempat?”

Gadis kecil itu mengangguk. Ia membayangkan sebuah bandar tempat kapal-kapal besar dan perahu-perahu kecil berlabuh.

“Begitulah yang terjadi pada doa,” kata Bunda. “Kau bisa saja menganggap doamu menguap sia-sia, namun sesungguhnya doa itu akan sampai kepada Tuhan.”

Perumpamaan yang sederhana dan masuk akal, bukan? Ungkapan dan penggambaran semacam itulah yang banyak menghiasi buku ini. Sebaiknya para orang tua tak melewatkan kesempatan untuk mengoleksi buku Gadis Kecil Penjaga Bintang, yang barangkali akan memberi keseimbangan pada anak-anak dalam memahami cerita fantasi yang semarak memenuhi benaknya.

Wikan Satriati adalah alumnus Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada. Bekerja sebagai editor di penerbit KataKita, sebelumnya berpengalaman sebagai editor di penerbit Indonesia Tera. Pernah menerjemahkan novel Hotel Miramar karya Naguib Mahfouz (2001) dan esai sastra Rahasia Membutuhkan Kata karya Harry Aveling (2004).

(Kurnia Effendi)

 

Data Buku:

Judul                            : Gadis Kecil Penjaga Bintang

Jenis                             : Kumpulan cerita pendek anak-anak

Pengarang                    : Wikan Satriati

Penerbit                        : KataKita, Jakarta

Cetakan pertama          : Januari 2008

Jumlah halaman             : 72 halaman