Launching Buku Nova Riyanti Yusuf
“Stranger Than Fiction”
INI bukan cerita horror, meskipun judulnya nyaris mengisyaratkan hal itu: Stranger Than Fiction, Cerita dari Kamar Jaga Malam. Kata ”aneh” dan ”kamar jaga malam”, memang mewakili sesuatu yang menyeramkan. Penulisnya Nova Riyanti Yusuf. Selain gadis cantik, dia adalah esais, novelis, sekaligus seorang dokter yang sedang menempuh spesialisasi kesehatan jiwa di Universitas Indonesia.
Stranger Than Fiction adalah bukunya yang ke-9. Diluncurkan di Kafe Domus, Jl. Veteran Jakarta Pusat, dikawal oleh em
Pemandu acara yang atraktif, Ingrid Widjanarko, memeriahkan acara di ruangan yang sesungguhnya kurang cocok untuk audiens dengan tuntutan perhatian tinggi. Ruang yang tak terlalu luas, banyak tiang, dan temaram itu lebih sesuai untuk bersuka ria. Hiasan dinding panggung berupa tempelan cover sekitar 35 media
Rabu malam itu, 16 April 2008, Noriyu (panggilan akrab Nova) juga mengundang ”cenayang” Alin Sahertian untuk menyanyi dan Edhie Baskoro Yudhoyono, putra Presiden yang didaulat naik panggung untuk menerima buku baru. Teman-teman Noriyu memang bervariasi, mulai dari seniman, politisi, sampai para intelektual dan dokter. Tentu saja karena dia seorang penulis kolom free-magazine
Namun karena buku itu belum beredar luas, hampir seluruh hadirin (kecuali pembicara) belum sem
Buku Noriyu kali ini ”kembali” diterbitkan oleh oleh Gramedia Pustaka Utama (sebelumnya banyak oleh Gagas Media). Buku setebal 110 halaman ini berisi 17 esai yang kebanyakan ditulis di—seperti dicantumkan dalam subjudul—kamar jaga malam tem
Bukan Noriyu jika waktu ngelangut itu tidak digunakannya untuk sesuatu yang produktif. Menurut pengakuannya, sebelum tengah malam biasanya ada teman yang diajak ngobrol, tukar pikiran dan curhat. Setelah waktu kian larut dan kesendirian menghampiri, ia mulai membuka lap top. Dalam keheningan suasana kamar jaga malam itulah—meskipun topik yang ditulisnya tak melulu berkaitan dengan rumah sakit—ia menuliskan setiap gagasan yang terhimpun di kepalanya. Sejumlah reaksi atas setiap keja
Dalam buku itu, tak sedikit yang memuji kelancaran berbahasa dan percikan pikirannya yang segar dan ekspresif (seperti sifatnya sehari-hari). Antara lain GM, Wimar Witoelar, dan Marcella Zalianty. Untuk mengkaji benar tidaknya pujian mereka, mari membeli dan membaca bukunya!
(
0 Comments:
Post a Comment
<< Home