Tuesday, May 06, 2008

Launching Buku Nova Riyanti Yusuf

 “Stranger Than Fiction”

INI bukan cerita horror, meskipun judulnya nyaris mengisyaratkan hal itu: Stranger Than Fiction, Cerita dari Kamar Jaga Malam. Kata ”aneh” dan ”kamar jaga malam”, memang mewakili sesuatu yang menyeramkan. Penulisnya Nova Riyanti Yusuf. Selain gadis cantik, dia adalah esais, novelis, sekaligus seorang dokter yang sedang menempuh spesialisasi kesehatan jiwa di Universitas Indonesia.

Stranger Than Fiction adalah bukunya yang ke-9. Diluncurkan di Kafe Domus, Jl. Veteran Jakarta Pusat, dikawal oleh empat pembicara kondang. Mereka adalah Goenawan Mohamad (jurnalis dan penyair), Garin Nugroho (sutradara), Budiman Sudjatmiko (politikus), Sandiaga Uno (pengusaha, Ketua HIPMI) dengan moderator M. Fadjroel Rachman (novelis dan konsultan ekonomi).

Pemandu acara yang atraktif, Ingrid Widjanarko, memeriahkan acara di ruangan yang sesungguhnya kurang cocok untuk audiens dengan tuntutan perhatian tinggi. Ruang yang tak terlalu luas, banyak tiang, dan temaram itu lebih sesuai untuk bersuka ria. Hiasan dinding panggung berupa tempelan cover sekitar 35 media massa.

Rabu malam itu, 16 April 2008, Noriyu (panggilan akrab Nova) juga mengundangcenayangAlin Sahertian untuk menyanyi dan Edhie Baskoro Yudhoyono, putra Presiden yang didaulat naik panggung untuk menerima buku baru. Teman-teman Noriyu memang bervariasi, mulai dari seniman, politisi, sampai para intelektual dan dokter. Tentu saja karena dia seorang penulis kolom free-magazine Djakarta, novelis, kader Partai Demokrat, juga seorang dokter.

Namun karena buku itu belum beredar luas, hampir seluruh hadirin (kecuali pembicara) belum sempat membacanya. Untuk  menyiasati diskusi, Fadjroel Rachman memancing setiap pembicara dengan pertanyaan yang tidak terkait dengan isi buku, justru menyinggung masalah politik, cinta, dan kejiwaan.

Buku Noriyu kali inikembaliditerbitkan oleh oleh Gramedia Pustaka Utama (sebelumnya banyak oleh Gagas Media). Buku setebal 110 halaman ini berisi 17 esai yang kebanyakan ditulis diseperti dicantumkan dalam subjudulkamar jaga malam tempatnya bertugas. Kini ia menjadi supervisor bangsal di RSCM, yang kerap bertugas jaga malam sesuai dengan jadwal yang diatur oleh pihak rumah sakit.

Bukan Noriyu jika waktu ngelangut itu tidak digunakannya untuk sesuatu yang produktif. Menurut pengakuannya, sebelum tengah malam biasanya ada teman yang diajak ngobrol, tukar pikiran dan curhat. Setelah waktu kian larut dan kesendirian menghampiri, ia mulai membuka lap top. Dalam keheningan suasana kamar jaga malam itulahmeskipun topik yang ditulisnya tak melulu berkaitan dengan rumah sakitia menuliskan setiap gagasan yang terhimpun di kepalanya. Sejumlah reaksi atas setiap kejadian yang dilihat, dirasakan, dan dihadapi, termasuk oleh orang lain.

Dalam buku itu, tak sedikit yang memuji kelancaran berbahasa dan percikan pikirannya yang segar dan ekspresif (seperti sifatnya sehari-hari). Antara lain GM, Wimar Witoelar, dan Marcella Zalianty. Untuk mengkaji benar tidaknya pujian mereka, mari membeli dan membaca bukunya!

(Kurnia Effendi)

 

 

0 Comments:

Post a Comment

<< Home