Monday, January 29, 2007

Di Ujung Senja

“Arga yang baik, aku tahu engkau akan datang sore ini. Aku kangen, seperti juga sahabat-sahabatmu lainnya yang lama tak berjumpa. Kamu mungkin ingin bertanya setelah menyatakan cinta padaku: ‘apakah kamu mencintaiku?’ Akan kujawab dengan setulus hati, ‘ya’. Tapi Arga, tahukah kamu? Gardin juga mencintaimu! Dan aku selama hidup tak bisa memiliki seseorang yang juga dinantikan gadis lain. Sementara aku sangat tahu, Gardin paling baik bagimu.

Arga tercinta, waktu sakit aku saling berbuka hati dengan Rina. Dan akhirnya aku menyadari, bahwa hatiku bukan sebuah pelabuhan yang cukup besar untuk menampung seluruh limpahan cintamu.

Arga, sahabatku, percayalah padaku. Aku tetap mencintaimu, asalkan kamu mau berjanji untuk tidak  mngecewakan dan tidak meninggalkan Gardin. Berjanjilah, Arga. Bahkan seandainya itu bukan karena aku. Aku akan turut berbahagia…”

Untuk sesaat Arga tak sanggup melanjutkan akhir kalimat Seruni.

Arga bisa bebas tertawa, marah, bersemangat, merenung dalam-dalam, gila-gilaan atau bahkan menangis, tapi tidak untuk peristiwa yang tak diduganya ini! Ya. Siapa yang mampu mengintip kedalaman hati seseorang, yang suatu ketika melahirkan kebijaksanaan? Siapa?

 

(Petikan dari cerita Di Ujung Senja, Kurnia Effendi)

 

 

0 Comments:

Post a Comment

<< Home