Friday, March 28, 2008

Catatan Maulid Nabi Muhammad SAW

Bertahan, Mengendalikan, Meraih Target

 

Lama saya berpikir, mungkin bertahun-tahun, perihal anjuran Nabi Muhammad SAW untuk mengajari anak-anak lelaki kita: memanah, berenang, dan naik kuda. Kira-kira, apa tujuannya? Di masa itu, mungkin, perang antar-suku kerap berlangsung. Di masa itu, zaman jahiliyah, nabi diturunkan untuk menerangi kegelapan. Kegelapan boleh mewakili kebodohan (gelap dari ilmu), kejahatan (gelap dari rasa aman), animisme (gelap dari iman). Jadi, kemungkinan besar ketiga jenis olah raga itu dianjurkan untuk membekali seorang lelaki dengan kemampuan membela diri dan menyerang musuh.

Dengan kemahiran menunggang kuda dan memiliki kemampuan memanah, seorang lelaki dapat diandalkan menjadi anggota pasukan perang. Dengan keahlian berenang, seseorang akan berhasil menyelamatkan diri bila menjumpai sungai, selat, danau atau laut. Semuanya memang serba-fisikal. Padahal, jika membaca kisah perjuangan Rasulullah, bukan hanya menggunakan tenaga dan gerakan tubuh untuk menaklukkan “musuh”, melainkan juga dengan daya pikir dan kesabaran. Kesantunan perilaku dan cara bertutur, kesetiaan terhadap idealisme, pembelaan terhadap yang terpuruk, menjadi bagian terbesar nilai-nilai pergerakan Muhammad dan para sahabat. Saat itu tujuan utama yang disasar adalah perbaikan akhlak, sebagai dasar untuk meletakkan ajaran berikutnya.

Kini, di masa perayaan industri dan teknologi informasi, apakah pelajaran berenang, menunggang kuda, dan memanah semata sebagai olah raga? Ketika persaingan dagang begitu keras dan tajam; ketika tarip telepon selular diadu secara tak masuk akal; ketika Indonesia yang dulu dikenal sebagai negara agraris justru kedodoran dalam soal pangan; apa yang masih relevan dari berenang, naik kuda, dan memanah?

Sekitar beberapa tahun yang lalu saya mencoba mencocok-cocokkan saja, antara ketiga jenis olah raga itu dengan metode yang seharusnya dijalankan oleh pelaku bisnis. Barangkali, ini hanya pemikiran subyektif saja, anjuran Rasulullah itu merupakan simbolik atau metafora. Secara fisik bila benar-benar dijalankan, akan membuat badan kita bugar dan perkasa. Secara strategi mungkin akan banyak manfaat dapat dipetik.

Mari berandai-andai. Berenang, apabila terpaksa dilakukan karena perahu yang kita tumpangi terbalik, merupakan bentuk usaha keras untuk bertahan. Survive! Siapa pun Anda yang berkecimpung dalam bisnis, bertahan hidup dalam persaingan merupakan kewajiban. Menang dan kalah soal nanti, itu hasil akhir yang belum bisa dipastikan bahkan oleh pakar sekalipun. Kecenderungan ekonomi sekarang sulit diramal, langkah yang diambil kadang-kadang bersifat gambling. Ketika sebuah perusahaan otomotif merasa yakin telah meningkat indeks kepuasan pelanggannya, ternyata menurut survei JD Power justru merk lain meningkat lebih baik. Begitu kompetitifnya persaingan pelayanan antar-merk, minimal dengan bertahan, perusahaan akan tetap berada pada posisi yang masih diperhitungkan.

Lalu apa yang cocok dengan berkuda? Selain merupakan jenis olah raga, berkuda awalnya untuk menempuh jarak dari satu tempat ke tempat lain. Sebelum ditemukan roda dalam sejarah peradaban manusia, perjalanan dilakukan oleh langkah kaki, termasuk kaki kuda. Sebelum ditemukan kereta api dan mobil, kendaraan paling cepat dan kuat adalah kuda. Itu sebabnya “tenaga kuda” menjadi satuan untuk ukuran kekuatan daya hela kendaraan. Jadi, apa hubungannya terhadap kegiatan ekonomi dan perdagangan dewasa ini? Saya kira akan cocok dengan kecepatan dan percepatan (akselerasi).

Untuk memperoleh jumlah pelanggan sebanyak-banyaknya ada dua cara: mencari yang baru dan merebut milik produsen lain. Untuk mendapatkan perhatian lebih awal dari para pemilik modal dan investor, seorang usahawan selekasnya menawarkan dan mempresentasikan proposal strateginya. Untuk meraih peluang apa pun, seseorang harus bekerja cepat, lebih cepat dari yang lain. Dengan naik kuda, tentu bertujuan agar lebih cepat dari naik keledai atau berlari dengan kaki sendiri. Dan lebih dari itu, kuda perlu dikendalikan, terlebih jika yang ditunggangi belum jinak. Dalam ilmu manajemen, “mengendalikan” adalah bagian terpenting untuk dapat mengoperasikan organisasi dengan baik. Saat menemukan kemiripan antara kinerja manajemen dan naik kuda, saya merasa takjub dengan anjuran Nabi. Mantap sekali.

Hal ketiga adalah memanah. Kita akan membayangkan seseorang menarik tali busur selebar-lebarnya hingga gendewa melengkung. Bagi yang tidak kidal, pangkal anak panah akan dipegang jemari tangan kanan, diletakkan pada rentangan tali tegang membentuk segitiga. Lantas apa yang dilakukan oleh seorang pemanah? Matanya, dengan salah satu terpicing untuk menghindari dua bayangan, memandang tajam ke arah sasaran. Setelah bidikannya diyakini cukup fokus, ia akan melepaskan anak panah yang segera melesat bagai kilat. Ujungnya yang runcing diharapkan menghunjam pada obyek sasarannya.

Ketika hasilnya tepat sesuai harapan atau malah meleset, penyebabnya tak hanya tunggal. Barangkali bidikannya kurang akurat. Barangkali ada angin yang menghambat laju anak panah itu. Mungkin perhatian sang pemanah terganggu. Atau, boleh jadi tenaganya tak cukup kuat untuk meluncurkan anak panah itu. Dan ada sekian alasan lagi sebagai muasal kegagalannya mencapai sasaran.

Sasaran anak panah dalam olah raga adalah sebuah bidang dengan gambar lingkaran yang disebut target. Pemburu yang sedang berada di tengah hutan, sasaran anak panahnya bisa berupa seekor kijang, burung, babi hutan, atau bahkan macan. Sasaran di tempat bebas tidak berhenti di tempat, melainkan bergerak atau berlari dan berlindung. Apa pun jenis sasarannya, seorang pemanah akan lebih dulu membidik targetnya. Nah, akhirnya saya menyimpulkan bahwa perlambang memanah sangat sesuai dengan target pencapaian.

Marketer atau tenaga penjual (baik produk maupun jasa) yang tidak memiliki target untuk disasar, tak mungkin menuai hasil. Wiraniaga yang mengabaikan jumlah target penjualannya dalam satu bulan, mana bisa mengukur kemampuan sebenarnya? Target dalam kegiatan perdagangan bermacam bentuknya, mulai dari segmentasi sampai dengan perbandingan antara kebutuhan dan persediaan. Target-target itulah yang harus dianalisis dan digarap dengan penuh perhatian. Seorang pemanah yang berhasil, umumnya mampu menangkis godaan yang bakal merusak konsentrasinya. Demikian juga seorang enterpreuneur, jika perhatiannya menyebar ke mana-mana akan sulit mendapatkan satu sasaran tepat dalam waktu singkat.

Setelah menemukan hubungan antara berenang dan bertahan, berkuda dan mengendalikan, serta memanah dengan upaya meraih target; saya merasa semakin bodoh. Setidaknya menyadari bahwa Rasulullah di zaman kegelapan itu jauh lebih pintar dan jauh lebih awal menyusun konsep yang bagus untuk diterapkan dalam kegiatan apapun.

(Kurnia Effendi, karyawan Suzuki Mobil, penulis cerpen, dan peneliti LPKP)

 

2 Comments:

Anonymous Anonymous said...

ya!

2:47 AM  
Blogger mommyvonzechs said...

Ya, karena Rosulullah SAW adalah Rosul yang diutus untuk menjadi pengingat, tongkat, uswah, dan pedoman bagi eluruh umat sepanjang kehidupan ini berlangsung. Jadi meskipun itu disabdakan Rosulullh di mas yang telah lampau, tetapi hikmahnya dan fadhilahnya adalah untuk kehidupan ini selamanya, sampai di ujung masa...

11:45 AM  

Post a Comment

<< Home