OEN nan Eksotik
Pada sebuah cerpen “jadul” (zaman dulu) saya, berjudul “Musim Gugur Telah Selesai” yang ditulis dan memenangkan peringkat pertama lomba cipta cerpen remaja (LCCR) Anita Cemerlang 1983, saya menulis Oen sebagai tem
Tanggal 16 Januari 2008, senja hari, itulah kali pertama saya mencicipi es krim buatan mesin tua Toko Oen di Jl. Pemuda Semarang! Padahal semestinya banyak kesem
Bahkan setiap kali saya bertugas ke Semarang, seharusnya punya banyak waktu untuk sekadar mampir mencicipi kue-kue kering ala Belanda yang dibuat dengan resep original. Tetapi, sekali lagi, saya menurut saja setiap kali tuan rumah mengajak ke tem
Ketika saya melakukan “roadshow” (ini istilah kami dalam melakukan infosesi program atau product knowledge training untuk tipe baru Suzuki ke seluruh dealer di Indonesia), saya bersama arsitek
Apa yang istimewa di tem
Tampak di sana, dalam toples yang bertahan dengan model antik, kaastengel (kue keju kering), amandel (seperti bakpia kering berisi kacang dan gula), kattetonge (lidah kucing), dan lain-lain. Resep tempo doeloe yang kini sudah banyak dikembangkan terutama dibuat di hari Lebaran atau Natal, akan berbeda jika dimakan dalam suasana yang beraroma kuno. Toko Oen berplafond tinAggi, mengandalkan kipas angin, dan walaupun terletak di tepi jelan raya, tidak tembus suara riuh lalu lintas ke dalam. Kita seperti terpisah dari dunia masa kini.
Mari kita cicipi es krimnya. Saya melihat daftar menu, tampaklah sekitar 30 jenis es krim dengan aneka nama. Harganya berkisar Rp. 10.000,- sampai Rp. 30.000,- setiap cangkir. Ada yang berbau Belanda, Rusia, Itali… maka kami memilih masing-masing berbeda agar da
Sebetulnya banyak pilihan makanan juga, tetapi itu waktu transisi antara siang dan malam, jeda yang
Saya tidak tahu, apakah Restoran Oen di Malang yang dekat dengan Jalan Ijen ada hubungannya dengan Toko Oen di Semarang? Konon, bahkan pertama kali berdiri justru di
Setahun yang lalu, ketika saya menda
Sesungguhnya, kini banyak sekali restoran atau tem
Toko Oen di Semarang membagi ruangan menjadi dua. Sisi yang pintunya selalu tertutup tampaknya sengaja disiapkan untuk acara pesta atau keperluan lain yang menghadirkan banyak orang. Saya masuk dan melihat-lihat hiasan yang tertempel di dinding. Sejumlah foto keluarga dan beberapa peristiwa yang mengisyaratkan perjalanan berkesan di masa lalu. Sebuah jam lonceng berdiri di sudut, masih berfungsi. Sejumlah kliping dari surat kabar yang memuat feature tentang Toko Oen, dibingkai rapi. Di antara hiasan itu terda
Pengalaman pertama itu memang belum cukup memuaskan karena hanya mencoba es krim dan makanan kering. Saya ingin mengulangnya, mungkin lebih cocok membawa keluarga, untuk menyantap menu-menu berat. Siapa tahu, rasa steak-nya berbeda. Siapa tahu ada rasa asli yang tak pernah pudar dari tahun ke tahun, meskipun mungkin juru masak dan pengelolanya telah berganti generasi. Yang penting barangkali, tidak pernah membuat satu menu untuk disajikan dalam dua hari. Tradisi itu akan menjamin kesegaran masakan, tidak mengenal es krim kemarin.
Dan ternyata, Toko Oen Semarang yang sudah berusia 72 tahun, juga sudah menjadi bagian dari wisata kuliner pecinta makanan. Apakah lantaran direkomendasikan oleh Bondan Winarno dalam tulisan kolomnya yang bernama Jalan Sutera? Coba sajalah sendiri. Sebelum uji nyali ke Lawang Sewu!
(
0 Comments:
Post a Comment
<< Home