Friday, October 17, 2008

Menyapa Hirawati-Katyusha

Hi, Hirawati

Lama nian kita tak bertemu, barangkali separuh dari usia kita sejak masih sama-sama di kampus. Beruntung di dunia ini ada internet, membuat bumi ini serasa kecil. Obrolan kami (saya, Endah, dan Baby Ahnan alias Kembangmanggis di sebuah resto di Bogor) mengingatkan nama sekaligus karyamu di masa lalu.

Mudah-mudahan, Katyusha masih ingat, setelah kita beracara di Grup Apresiasi Sastra ITB, pada kesempatan berikutnya, saya main ke rumahmu di Cisitu (atau Sangkuriang?) menunjukkan dan meminjamkan majalah yang memuat cerpen-cerpen saya atas inspirasi cerpen-cerpenmu.

Kepada banyak orang saya mengaku, cerpen-cerpen dan novel-novelmu (yang tak sebanyak teman-teman lain) sangat memengaruhi saya. Jadi, ketika “Polong Saga Retak” terselip dan akhirnya tak tersua lagi, saya sedih betul.

Saat muncul respons darimu melalui multiply yang masih “blank”, saya sangat gembira. Tampaknya, meskipun awalnya ‘misterius’, haha, saya bagai menemukan lorong yang di ujung nun jauh terdapat titik cahaya: di sana ada kabar tentang Katyusha. Terimakasih, Tuhan membuat peristiwa ini jadi manis.

Semoga dirimu dan keluarga (di mana kini berada?) sehat senantiasa. Selanjutnya, mungkin kita akan sering bertegur sapa, sebelum keinginan saya untuk bisa berjumpa akan terlaksana.  Terima kasih untuk Endah Sulwesi yang telah menjembatani.

Salam untuk “sebuah makhluk mungil” yang lama tak terpaut,

Kurnia Effendi

 

Cloe untuk menggali masa silam:

-“Pendakian Terakhir” telah menginspirasi lahirnya cerpen “Kemilau Senja” (kini ada dalam buku “Burung Kolibri Merah Dadu”)

-“Polong Saga Retak” telah menginspirasi lahirnya cerpen “Aquarel Buat Mama” (kini ada dalam buku “Aura Negeri Cinta”)

-“You Are So Beautiful” bagian lari pagi di Gasibu sedikit mmercik pada “Nyanyian Elang Terluka” (cerpen ini belahan lain dari cerpen Djenar Maesa Ayu yang dimuat di Republika, kini ada dalam buku “Bercinta di Bawah Bulan” dengan judul “Aku Mulai Mencintaimu”)

 

 

 

10 Comments:

Blogger paijo said...

Mas Kurnia,
Saya Ikbal, pengagum plus tetangga sampean di Taman Hewan, sampingnya Kebun Binatang. Bagaimana kabarnya? Lama ya kita nggak ketemu, hampir seperempat abad.

12:02 PM  
Blogger Soedarsono Esthu said...

SAJAK-SAJAK: Rahasia Cinta
DELAPAN SAJAK Soedarsono Esthu

sajak-sajak ini ditulis selama persiapan pementasan Antigone oleh Teater Populer, awal Agustus–14 September 2006

1. Marcella in Mozart
2. Ad Libitum
3. Lebih Dekat
4. Aku Mencarimu
5. Pencinta Telah Fana
6. Penempuh Tak Pernah Henti
7. Surtikanthi
8. Rindu

“telah beribu-ribu kilo aku berjalan, menelusuri desa mengetuk setiap pintu, menyeberangi sungai, mengarungi lautan, melintasi gurun, mendaki gunung, dan menuruni lembah-lembah hanya untuk menggapaimu yang jiwanya telah kupilih”

SOEDARSONO ESTHU
Marcella in Mozart*

rona di pipimu itu
adalah rona hati yang tengah mencari
senyum di bibirmu itu
adalah kembara jiwa yang tengah mengeja makna
pandang matamu itu
adalah pandang rasa yang tengah menterjemahkan tanya
ayun langkahmu itu
adalah langkah perjalananmu menguak cahaya rahasia
di antara yang fana
masih adakah rasa yang sempurna?

*sajak ini ditulis berdasarkan pandangan mata dan telaah rasa ketika Marcella berlatih peran sebagai Ismene dengan iringan biola Ages.


SOEDARSONO ESTHU
Ad Libitum

masih adakah yang ingin kausampaikan?
”rindu” katamu
jejak rasa yang kausimpan masih membekas
menoreh retak menggores koyak
akan seperti ini teruskah kita tak henti-hentinya berjalan
membuka rasa menduga-duga
kenapa tak kau katakan saja
supaya semua menjadi nyata
keretamu telah berangkat
kenangkan aku selama perjalanan
jika nanti pulang jangan lagi berkata ”tidak”


SOEDARSONO ESTHU
Lebih Dekat

kekasih,
kau kirimi aku setangkai mawar dari konya
tak apa kau sembunyikan pesanmu di balik pandang mata
biar kurenungkan saja isyaratmu dalam wangi seroja
tak usah gundah aku akan diam seribu bahasa
mungkin masih bisa kucari dalam mimpi
untuk kukenang terakhir kali
di sudut hati, biar merekah
ketika getar serunai cinta mengalunkan nyanyian kekasih
dari tiada menjadi ada
adalah maklumat rasa yang selalu bertanya
adakah rindumu masih seperti sedia kala
tak pernahkah kaupikirkan ketika rindu harus ditangguhkan
kauletakkan di sudut kamar selagi pintu belum kaututup
sejenak baringkan rasamu
dari penat kembara sarat belenggu
kutunggu bisik kalbumu
jangan kautunda aku masih menunggu di luar sana


SOEDARSONO ESTHU
Aku Mencarimu

aku mencarimu hingga ke Cordoba, Granada, Alhambra, dan Konya
tak kutemukan jua jejakmu, di taman mawar, sungai Gangga
di bukit Meram, sungai-sungai kecil menawarkan cinta
di Anatolia, taman-taman membagi rindu
lihatlah, aku telah jauh menjelajah
mengembara di padang jiwa, tapi aku tak pernah mampu membunuh rasa
malam, mengurai mimpi di detak nadi
hati berkelana terjerat cinta
ketika embun menjelma tetes cintamu,
tiba-tiba rasa cemburu mengetuk kalbu
jangan menangis,
“aduhai kenapa cepat pergi”
kasidah cintamu mengunci hati
lonceng kecil pengembara, keletihan tak pernah terasa
o, mawarku yang sangat murah hati
jangan hentikan perbincangan ini


SOEDARSONO ESTHU
Pencinta Telah Fana

o, rembulan di atas danau
kau tebarkan aroma matsnawi, di rumput jerami kaubakar sisa-sisa nyeri
o, betapa lembut kembara jauh di ladang anggur
di antara terali jendela kau intip jiwaku
o, pintu tak lagi tertutup tapi aku tak berniat masuk
apa yang kaurindukan jika bukan pertemuan ini,
perbincangan antara mawar-mawar di tamansari
dan cawan anggur yang telah kering, tak mungkin menghilangkan dahagamu
lihatlah sang pencinta telah fana
kaukah debu purba yang membias di corona cahaya
tirai rahasia menyembunyikan waktu yang tertunda
kegaiban relung purba telah menjelma di cakrawala
kaubuka sekat pertama rahasia mahkota jiwa


SOEDARSONO ESTHU
Penempuh Tak Kenal Henti

jika engkau tercuri hatimu,
maka pencurinya adalah kekasihmu sendiri
tegakah engkau menangkap pencuri itu
dan lalu memenjarakannya?
jika hatimu terbakar,
maka yang membakar adalah kekasihmu sendiri.
tegakah engkau memadamkannya?
jika engkau diliputi rasa takut,
bukankah kekasihmu sendiri yang membuatmu takut?
tegakah engkau mengusirnya?
jika engkau mabuk,
maka yang menuangkan anggur adalah kekasihmu sendiri.
tegakah engkau menolaknya?
pencuri, anggur, terbakar, mabuk,
adalah keasyikan menatap kekasih.


SOEDARSONO ESTHU
Surtikanthi

ADIPATI KARNA
Bau wangimu mulai memudar. berganti cahaya bulan warna gading.
Pucuk-pucuk cemara telah berganti warna kering darahku.
Tak usah berjanji.
Karena takdirku akan datang juga.
Sebentar lagi, di Tegal Kurusetra aku akan berhadapan dengan Arjuna.
Adik kandungku sendiri, satu ibu, lain ayah.
Sekarang ulurkan tanganmu, agar dinda tak memintaku untuk kembali.

SURTIKANTHI
Kalau kakang Adipati harus pergi.
Tak perlu memikirkanku, karena ksatria pantang merasa ragu.
Kadipaten Awangga, sudah terlalu banyak menampung fitnah dan cela.
Padahal kakanda putra dewata.
Pergilah!
Sebelum fajar memanggil matahari.
Agar kakanda sempat menyusun strategi.
Surtikanthi anak Salya.
Nasib dan takdir, tak ada yang tahu kemana arahnya.

SOEDARSONO ESTHU
Rindu

rindu yang bersemayam di kalbuku
tak pernah lelah menunggu
duhai kekasih
rahasia apa lagi yang kausimpan di rona merah pipimu?
ketika cinta tak mampu menterjemahkan rasa
adakah keraguanmu semakin sempurna?
jika kehadiran menawarkan pilihan
akankah perpisahan menjadi tujuan
atau itukah cara kita melawan kegamangan?
dari yang fana
kau kisahkan seloka makna kembara
dan jejak langkahku tak pernah purna


Epilog
Jika kalbu tak berumah!
Kemana aku harus berziarah?

Rahasia cinta ditulis sebagai proses kreatif selama mengikuti jalannya latihan Antigone. Dalam latihan terjadi banyak hal yang membuat saya untuk menuangkan dalam bentuk sajak, yang, menurut saya bisa menjadi sangat subyektif. Malah lebih dari itu menjadi sangat pribadi. Saya tak mau mengingkari bahwa jika apa yang saya tuliskan bukan semata hasil dari sebuah pengamatan terhadap peristiwa-peristiwa di panggung latihan selama hampir satu bulan lebih, tetapi sesungguhnya adalah sebuah pengalaman cinta yang tak selesai.
Ketakmungkinan menjadi barzakh, sekat, atau pemisah, yaitu sesuatu yang memisahkan, penghalang antara yang diketahui dan yang tidak diketahui, yang ada dan yang tiada.
Suatu hari nanti, mungkin saya akan menuliskannya dengan bahasa yang lebih plastis, dan mudah-mudahan kerinduan itu akan terlaksana. Selanjutnya, kristalisasi dari 8 sajak ini saya tuangkan dalam bentuk lagu dalam judul: ”isyarat cinta”.
Akhirnya saya harus mengucapkan terima kasih kepada seseorang yang telah menjadi teman, memberiku semangat, dan mendorongku untuk menuliskan kembali buku Rumah Kalbuku yang sudah cukup lama terbengkalai. Belum sempurna sekali, tetapi, bagi saya adalah sebuah perjalanan yang sangat membahagiakan. Kumpulan sajak ini adalah cendera rasa untuknya.
* Soedarsono Esthu lahir di Purworejo 11 Oktober 1952. Melalui dasar pendidikan di SPG, Sekolah Pendidikan Guru Bruderan Purworejo, bakat berkeseniannya sangat terasah, terutama dalam mendalami sastra jawa kuna seperti: Serat Centhini, Cebolek, Wedhatama, Wulangreh, Gatholoco, Darmagandhul, Sastra Gendhing, Serat Kalatidha, Joko Lodhang, dan masih banyak lagi. Ia juga menjadi Guru Tetap pada Bengkel Teater Rendra (1990-1996). Kini sedang menulis buku: Sejarah Pemikiran Teguh Karya dalam Mewarnai Nasionalisme Indonesia. Ia adalah pemimpin, pendiri, dan guru pada Dwija Laksmi Sinema, sekolah pencerahan melalui keindahan.

Catatan: Mas Kurnia, kalau ada sajak saya yang sampai menginspirasi menjadi Novel Anda, tolong novelnya yang benar-benar lain dari biasanya.

Nuhun.

7:04 AM  
Anonymous Anonymous said...

Mas kunjungi juga Blog saya di:

http://kanastari.blogspot.com/2008/06/mempertanyakan-hidup-kehidupan-yang.html

7:09 AM  
Blogger Soedarsono Esthu said...

FOTO: Mas Aroengbinang

“Leo ah Leo, Semakin Transendentalkah Engkau?

SOEDARSONO ESTHU SA’TJIPTORAHARDJO
soedarsono.esthu@merdeka.co.id

Awan gelap menaungi Jakarta sore itu. Sabtu 15 November 2008, merupakan sebuah hari upacara yang penuh semangat bagi Pencinta Leo Kristi. Meski Konser Leo Kristi diadakan siang hari bolong (dari jam 14.00-16.30), toh dihadiri oleh sekitar 250 pencintanya: muda, tua.

Sekitar 35 lagu-lagu patriotik itu membahana dinyanyikan Leo Imam Soekarno yang kadang didampingi dua vokalis, Ryan Sendangsari (Jakarta) dan Cecilia Francisca (penyanyi Leo dalam album Diapenta Anak Merdeka). Saking semangatnya, kadang Leo terdiam, dan pencintanya secara serempak melantunkan nyanyiannya dengan keras. Ia hanya tersenyum-senyum.

Leo Kristi, khusus didatangkan oleh General and Sales Marketing Lavande Residence, Roberto Gani. "Penggemar Leo Kristi adalah `orang-orang gila`, Leo belum naik ke atas pentas pun rohnya seperti sudah hadir di situ", ujar Setyadi salah seorang penggemar berat Leo. Mereka ada yang sengaja datang dari Bandung, Surabaya, Tasikmalaya, Balikpapan bahkan dari Australia.

Leo adalah Leo, seorang virtuos sejati yang selalu mampu membingkai dirinya sendiri. Dia adalah wahyu dari alam semesta yang hadir untuk mendendangkan mazmur dan kidung tentang kemerdekaan, cinta dan empati, dan hasrat mencari ungkapan artistik yang selalu menggelegak. Alih-alih Leo adalah Leo yang selalu hilang dan datang sesuka hatinya. Seperti Umbu Landu Paranggi, Presiden Penyair Malioboro kala itu, juga Ragil Suwarno Pragola Pati yang suka jail, yang hilang dan sampai kini belum kembali. Ini adalah ciri-ciri sufistik para Penempuh Jalan Spiritual. Tak menghiraukan keadaan di sekitarnya. Yang digarap hanya bagaimana ia menggenggam dunianya.

Leo ternyata tetap muda
Leo masih tetap muda, energi kateksisnya masih begitu sempurna. Semakin tua, ia semakin mampu berkomunikasi dengan pencintanya, meski tak sempurna betul, toh kadang-kadang sarat dengan suspense. Kembara jiwanya membuat ia selalu hadir seperti Burung Cenderawasih. Tiba-tiba hadir, tiba-tiba menghilang lagi, dan sulit untuk ditemui.

Pertanyaannya, mengapa musik Leo bisa menghipnotis para pencintanya?

Bentuk seni yang paling cocok untuk mencapai pembebasan estetis adalah musik. Musik adalah proyeksi dari kehendak sendiri. Musik adalah sebuah perwujudan dari hakikat semesta. Melalui musik kehendak ini berbicara sehingga kita diangkat dari dunia maya. Musik adalah “wahyu” dari kehendak, kehendak yang berbicara melalui alam, dan melalui musik kita mendengar rahasia dunia batin.

Rahasia batin adalah sebuah suara yang hadir dari ruang bawah sadar. Dengan sebuah stimuli, ia akan hadir sebagai pengalaman estetis yang sublim. Pengalaman estetis ini adalah sebuah corak rancangbangun untuk membersihkan ruang batin dengan pancaran spiritualitas dari sang trubador. Bukankah Rumi juga telah memberikan warna dan nada bagi ruang-ruang jiwa pencintanya? Leo memang belum seagung Rumi, tetapi setidaknya ia boleh disebut secercah cahaya yang selalu hadir di hati pencintanya. Syair-syair Leo selalu sarat dengan bahasa cinta. Tak ada hujatan di sana! Kehadirannya selalu membawa secercah!

7:17 AM  
Blogger Dee Lestari said...

Hai Mas KEF,

This is Dee. Saya lagi iseng googling tentang Katyusha dan akhirnya terbawa sampai ke sini :)

Senang sekali rasanya kenal seseorang yang kenal langsung dengan beliau. Membuktikan bahwa teori "6 Degrees of Separation" itu benar adanya :)

Berbicara tentang terinspirasi Katyusha, saat ini saya sedang persiapan produksi novel baru saya berjudul "Perahu Kertas", yang terinspirasi oleh cerbung Katyusha berjudul "Ke Gunung Lagi", yang pernah dimuat di HAI tahun '80-an. Saya masih SD waktu itu. Dan numpang baca2 punya kakak saya.

Jujur, cerita itu sebetulnya terlalu dewasa bagi saya. Namun ada magnet yang menarik saya untuk melampaui batasan itu dan memampukan saya untuk mengapresiasi kelincahan dan kelihaiannya bercerita. Yang jelas, saya jadi menyukai format "cerbung". Dan diam-diam, saya meniatkan bahwa satu saat nanti saya ingin menulis cerbung seperti Katyusha, yang akhirnya saya wujudkan dalam "Perahu Kertas".

Saya ingin sekali mengontak beliau. Apakah Mas Kurnia punya alamat e-mailnya? Bisa e-mail ke saya (dee_addict@yahoo.com), atau mampir ke blog saya, atau SMS aja (masih punya nomornya, kan?). Thank you sebelumnya, Mas. Dan terima kasih juga untuk sharing tentang Katyusha-nya.

~ D ~

10:57 PM  
Blogger chenlina said...

chenlina20150627
www.louisvuitton.com
gucci outlet online
michael kors
cheap jerseys wholesale
louis vuitton outlet
louboutin
chanel handbags
michael kors handbags
prada
louboutin shoes
celine outlet
coach outlet
burberry bags
timberland boots
hermes birkin
chanel handbags
louis vuitton
mont blanc mountain
ray ban sunglasses
louis vuitton outlet
abercrombie fitch
louis vuitton outlet
lululemon
hollister jeans
ncaa jerseys
jordan 11 columbia
michael kors uk
true religion
louis vuitton outlet
michael kors handbags
christian louboutin sale
coach outlet online
christian louboutin outlet
ray ban glasses
louis vuitton handbags
pandora uk
michael kors outlet
cheap oakley sunglasses
oakley sunglasses wholesale
michael kors

4:23 PM  
Blogger raybanoutlet001 said...

nike huarache
omega watches sale
valentino outlet
louis vuitton sacs
oakley sunglasses
ugg outlet
ray ban sunglasses
ugg boots
nike outlet
ray ban sunglasses

3:38 PM  
Blogger Unknown said...

ferragamo sale
cheap jordan shoes
jordan retro
golden goose sneakers
air jordan shoes
adidas tubular
golden goose
longchamp
yeezy boost
nike mercurial

3:06 PM  
Blogger Unknown said...

www0702

canada goose jackets
brequet wathes
fitflops sale clearance
air jordan 12
nfl jerseys wholesale
kate spade outlet
michael kors outlet
givenchy handbags
clarks shoes
michael kors outlet










9:50 AM  
Anonymous Anonymous said...

Adakah yang masih punya novel Polong Saga Retak? Novel yang pernah saya baca puluhan tahun yang lalu, tetapi alurnya masih saya ingat dengan jelas.

8:54 PM  

Post a Comment

<< Home